Teknologi untuk Antisipasi Dampak Kemarau

0
327
Istimewa

Catatan 2 :

Mihuandayani, S.Kom, M.Kom. Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STMIK Multicom Bolaang Mongondow

Musim kemarau saat ini memang tengah dirasakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di Kalimantan Timur, kabut asap yang mengganggu karena api di hutan dan lahan akibat kemarau ini masih menjadi masalah bagi warga setempat. Beberapa aktivitas penerbangan di sana sempat dihentikan sementara, karena kabut asap menghalangi rute penerbangan. Di Riau, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi, hingga Presiden Joko Widodo meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan proses hujan buatan dengan cakupan yang lebih luas untuk memadamkan titik – titik api yang membakar hutan. Di wilayah Indonesia termasuk di Sulawesi Utara masih terus dilakukan penanganan kebarakan hutan dan lahan (Karhutla) akibat musim kemarau ekstrim yang terjadi tahun ini. Dampak lain yang terjadi pada warga adalah kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari. Di sektor pertanian, kekeringan yang terjadi pada lahan tanam atau persawahan mengakibatkan beberapa tanaman terjadi gagal panen karena kurangnya pengairan di lahan tersebut. Dampak kemarau yang semakin meluas membuat berbagai pihak turun tangan termasuk pemerintah pusat dan daerah untuk berusaha mengatasi permasalahan kemarau panjang yang termasuk pada kategori bencana alam. Prospek peluang hujan yang rendah memang telah diprediksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak juli hingga September mendatang. Saat terjadi kemarau panjang seperti sekarang ini, yang dibutuhkan memanglah curahan air hujan yang mampu mengembalikan kondisi air tanah dan mengatasi kabut asap yang terjadi karena Karhutla.

Baca Juga : https://totabuan.news/sudut-inspira/

Sebenarnya masih ada potensi di bidang lain yang bisa turut meminimalisir dampak buruk terjadinya kemarau. Melalui portal berita, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menggunakan hujan buatan dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak kemarau. Modifikasi cuaca ini dapat dilakukan sebagai solusi jangka pendek dengan memanfaatkan teknologi. Berdasarkan teori, prinsip modifikasi cuaca adalah mendorong adanya potensi awan menjadi hujan sehingga syarat utama modifikasi cuaca adalah adanya awan khususnya dengan jenis cumulus yang aktif.  Proses ini dilakukan dengan menggunakan pesawat yang membawa muatan garam (NaCl) untuk ditaburkan di awan hujan target, dengan posisi berada di antara arah angin dan awan target. Selain itu, menurut informasi di laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), teknologi rekayasa air tanah atau Aquifer Storage and Recovery Groundwater (ASRG) juga dapat dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan dengan cara menanam air tanah sebanyak – banyaknya seperti di sumur, waduk atau cekungan tanah lain saat musim penghujan. Teknologi ini juga telah diterapkan di berbagai negara dengan terus meningkatkan teknologi – teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan air dari dalam tanah. Kesadaran untuk mengantisipasi adanya bencana alam seperti kemarau ini seharusnya menjadi poin pembelajaran untuk kita semua di tahun mendatang. Selain itu, para petani yang telah memiliki peta tanam dapat melakukan antisipasi sebelum terjadinya kekeringan atau krisis air mulai bulan Juli hingga September agar dapat meminimalisir terjadinya gagal panen. Kemarau adalah proses alam, masalah kemarau ini dapat dilakukan kajian antisipasi yang bertujuan untuk meminimalkan dampak kemarau seperti yang terjadi saat ini.

Jika dikaitkan dengan teknologi informasi yang mampu memainkan perannya misalnya dalam prediksi ramalan cuaca. Prediksi cuaca ini dapat dilakukan melalui sistem komputer dengan analisa data menggunakan algoritma. Berbagai teknik untuk prediksi menggunakan kasus lama (old case) yang sebelumnya dipelajari untuk bisa menentukan cuaca yang terjadi hari ini dan di beberapa hari mendatang. Topik peramalan cuaca ini sesuai dengan topik pembelajaran bidang informatika yaitu Machine Learning. Menurut penelitian, machine learning adalah cabang Artificial Intelligence (AI) yang menyediakan kemampuan pada sistem untuk mampu secara otomatis belajar dan meningkatkan  pengalamannya. Salah satu algoritma yang bisa digunakan untuk melakukan prediksi cuaca yaitu Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network). Algoritma ini masih terus dikembangkan misalnya dengan kombinasi algoritma lainnya untuk menghasilkan perhitungan kinerja algoritma yang maksimal sehingga analisis data untuk prediksi cuaca yang diramalkan adalah data yang akurat.

Upaya manusia dengan menggunakan berbagai alat termasuk teknologi memang masih memiliki banyak keterbatasan. Sedangkan, kemarau adalah aktivitas alam yang terjadi atas kehendak-Nya. Dengan kesadaran penuh dan antisipasi sebelum terjadinya kemarau, manusia masih bisa melakukan  berbagai usaha termasuk memanfaatkan musim penghujan untuk memanen air dan dukungan bidang lain termasuk teknologi yang dikembangkan agar dampak kemarau dapat diminimalisir. Hal ini tentunya dibutuhkan kerja sama yang baik dari berbagai pihak yakni masyarakat, pemerintah pusat dan daerah. Sehingga di tahun – tahun mendatang, ketika terjadi kemarau seperti saat ini, khususnya bagi para petani mampu beradaptasi dan menyesuaikan kondisi cuaca serta mengupayakan agar tidak terjadi gagal panen karena persediaan air yang ditampung cukup mengairi lahan tanam selama musim kemarau.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.