Misteri Taman Lorentz di Papua

0
994
Taman Nasional Lorentz Papua

TNews, NASIONAL – Papua menyimpan banyak cerita. Salah satunya adalah Taman Nasional Lorentz yang penuh misteri!

Nama Taman Nasional Lorentz diambil dari seorang Penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz. Hendrikus melewati daerah tersebut pada tahun 1909 yang merupakan ekspedisinya yang ke-10 di taman nasional itu.

Mari mengenal Taman Nasional Lorentz. Dalam wawancara sejumlah media dengan Kepala Balai Taman Nasional Lorentz, Anis Acha Sokoy pada Rabu (4/12/2019), taman nasional ini merupakan taman nasional terbesar di Asia Pasifik. “Luas Taman Nasional Lorentz yakni 2,3 juta hektar dan meliputi 10 kabupaten di Papua. Bisa dibilang, inilah taman nasional terbesar di kawasan Asia dan Pasifik,” terangnya.

Sokoy menjelaskan, Taman Nasional Lorentz memiliki kawasan konservasi dengan ekosistem yang paling lengkap di dunia. Dari pesisir pantai, mangrove, rawa, hingga hutan-hutan sub alpin dataran tinggi ada di sana. “Bahkan, Pegunungan Jayawijaya dengan Puncak Carstensz sebagai puncak tertingginya 4.884 mdpl juga masuk dalam daftar Seven Summits (7 puncak tertinggi di 7 benua). Di sini juga terdapat gletser es abadi,” jelasnya.

Terdapat 9 suku yang hidup di kawasan Taman Nasional Lorentz. Beberapa di antaranya seperti suku Dani, suku Moni, suku Amungme, hingga suku Asmat.

Bagi Sokoy, Taman Nasional Lorentz bagaikan harta karun di Papua. Potensi alam dan kebudayaan suku-sukunya tak ternilai harganya. Namun satu yang pasti, untuk mengulik dan mengembangkan potensi-potensi itu masih menjadi misteri.

Maksudnya?

“Taman Nasional Lorentz ini adalah misteri. Sebab, masih banyak yang belum diteliti lebih mendalam,” terang Sokoy.

Dengan luas 2 jutaan hektar, menembus Taman Nasional Lorentz bukanlah barang mudah. Akses masih terbatas, belum lagi medan perjalanan yang tak terjamah.

Beberapa yang sudah didata, terdapat hewan-hewan endimik di Taman Nasional Lorentz dan tidak ada di wilayah lain di Indonesia. Misalnya saja seperti, cendrawasih elok, kanguru pohon dan dingiso. “Kedua hewan itu hanya ada di ketinggian 3.000-an mdpl. Masih sulit memetakannya, apalagi satwa lain dan beragam jenis tumbuhan,” ungkap Sokoy.

Itu baru soal flora dan fauna, belum kehidupan suku-suku di Taman Nasional Lorentz. Suku-suku di sana sudah menetap sejak ribuan tahun silam dengan masih memegang tradisi kepercayaan adat. “Masih banyak yang belum diketahui tentang kehidupan suku-suku di sana. Bagaimana kehidupan mereka, cara mereka bertahan hidup, dan lain sebagainya. Malah, mungkin masih ada suku yang belum terjamah,” terang Sokoy.

Sokoy menjelaskan, kini pihak taman nasionalnya sedang mengajukan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang bagi Taman Nasional Lorentz. Artinya nanti, akan ada zona-zona yang diperhatikan untuk pengembangan, perlindungan, pemanfaatan, kawasan konservasi, dan kehidupan masyarakat. “Potensi untuk ilmu pengetahuan, pariwisata, dan kehidupan masyarakat sangat besar sekali dari Taman Nasional Lorentz. Sejauh ini penelitian ke Taman Nasional Lorentz masih sangat kurang,” tutupnya.

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.