TNews, Jakarta – Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan bicara mengenai polemik yang terjadi dalam tubuh PT Asabri (Persero). Dia menilai uang-uang milik Asabri bisa hilang dari dugaan kasus korupsi. Namun, menurutnya cukup mudah bagi Asabri untuk mengambil uang yang hilang kembali, bahkan lebih mudah daripada Jiwasraya.
“Uang Asabri mungkin lebih bisa diselamatkan, daripada uang Jiwasraya. Asabri punya punggung yang kuat. Tidak perlu sampai ada pistol ditodongkan ke kening, juga tidak perlu sampai bentak-membentak. Dengan sedikit kedipan mata saja seharusnya siapa pun takut,” ungkap Dahlan dalam unggahan di blog pribadinya, Disway.id, dikutip Senin (20/1/2020). Dahlan juga menyebut-nyebut nama Benny Tjokrosaputro dan Heru Hidayat. Menurutnya uang-uang yang hilang dari Asabri ada di kedua orang itu. Kedua orang itu pun sudah jadi tersangka dalam kasus Jiwasraya.
Dahlan menilai keduanya punya aset yang kapan saja bisa dicairkan untuk mengembalikan uang Asabri. Bahkan, Dahlan mengatakan bahwa Benny dan Heru sudah menandatangani kesepakatan untuk mengatasi dana yang hilang. “Mereka itu, khususnya Bentjok (Benny Tjokrosaputro) punya aset yang bisa dilirik. Memang bentuknya bukan uang kontan tapi bisa jadi uang, kapan-kapan. Saya dengar dua orang itu sudah menandatangani surat pernyataan: sanggup mengatasi dana yang hilang di Asabri,” ungkap Dahlan.
Kemudian Dahlan bercerita peran Benny maupun Heru dalam masalah yang menimpa Asabri. Dahlan menceritakan bahwa sebagai perusahaan Asabri perlu memutar uang. Maka itu ditunjuk lah lembaga pengelola uang yang profesional, harapannya untung dapat modal. Sialnya, Asabri justru kehilangan Rp 10 triliun. “Direksi Asabri memang perlu memutar uang, untuk memperoleh bunga yang lebih tinggi. Untuk itu mereka menunjuk lembaga profesional untuk melaksanakan pemutaran uang tersebut. Mereka ini seharusnya bekerja untuk Asabri, yang mengontraknya,” kata Dahlan. “Tapi kok jadinya Asabri yang justru kehilangan 10 triliun rupiah,” lanjutnya.
Selanjutnya Dahlan mengatakan ada 17 perusahaan pengelola yang ditunjuk Asabri. Dia menyebut 17 perusahaan itu profesional. Yang mengagetkan, sebagian besar dari 17 perusahaan itu disebut Dahlan terafiliasi dengan Benny dan Heru. Hanya empat yang tidak terkait keduanya. “Direksi tidak hanya menunjuk satu lembaga. Melainkan sampai 17 perusahaan. Mereka itu adalah perusahaan manajemen investasi. Yang pekerjaannya menjalankan uang orang lain, secara profesional. Nah, dari 17 lembaga manajemen investasi itu ternyata hanya empat yang tidak terkait dengan Bentjok dan HaHa,” tulis Dahlan.
Dahlan menyarankan agar pemerintah juga menyelidiki 17 perusahaan pengelola uang yang ditunjuk Asabri. Pasalnya meski mereka independen dan profesional, keterkaitannya dengan beberapa tokoh harus ditelusuri. Dia juga menyebut perusahaan-perusahaan ini menggoreng saham. “Maka perlu diteliti siapa mereka itu. Meski resminya independen tapi mereka itu bisa dibaca: terkait dengan siapa. Mereka memang ahli dalam goreng-menggoreng saham. Yang di pasar modal hal itu legal, sepanjang tidak ada yang dilanggar,” kata Dahlan.
Sumber : detik.com