Farhan (16) di balik kegelapan mengintip keadaan di luar rumah, Senin (26/4). Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB dan permukiman malam itu gelap gulita. Dia masih menunggu arahan dari warga lain yang lebih senior untuk bersiap menanggalkan pakaian, menyergap babi ngepet di luar rumahnya. Warga RT 02 RW 04, Kelurahan Bedahan, Sawangan, Kota Depok, malam itu bersepakat untuk mengepung babi -yang mereka anggap hewan jadi-jadian- di sepetak lahan yang telah disiapkan sebagai lokasi penangkapan babi ngepet. Farhan mengintai dari balik jendela bersama temannya, Milan (16). Rumah itu hanya berjarak selemparan kerikil dari sepetak tanah tempat pengepungan babi ngepet.
Semua warga di permukiman melakukan hal yang sama: mengintai di balik jendela, bersiap bugil dalam kondisi gelap gulita. Mereka percaya, satu-satunya cara menangkap babi ngepet hanya bisa dilakukan dengan cara bertelanjang. Dua jam berlalu, Farhan menerima pesan singkat di ponselnya: saatnya keluar rumah. Serempak warga pun bermunculan dari balik pintu rumah. Pada saat bersamaan, babi hutan yang bentuknya lebih menyerupai tikus raksasa itu berlarian dan berputar-putar mengitari tanah sepetak yang sejak tadi terus diintai warga dari masing-masing rumah mereka.
Farhan ingat betul, waktu saat itu menunjukkan pukul 01.00 WIB dini hari, Selasa (27/4). Selama hampir 20 menit babi kebingungan mencari jalan keluar dari kepungan warga yang bertelanjang raga. Dalam kondisi terdesak, babi pun akhirnya berhasil disergap warga menggunakan serban milik salah satu ustaz di permukiman Bedahan. “Dikepung, sergap pakai serban,” ujar Farhan menceritakan kembali kesaksiannya. Hamdani (66), bekas ketua RW 04 mengatakan proses penangkapan pada malam itu telah direncanakan warga setelah dua kali upaya penangkapan sebelumnya gagal. Kata dia, sedikitnya ada sembilan hingga 11 orang yang terlibat dalam proses penangkapan. Hamdani mengaku tak terlibat dalam penangkapan. Namun, ia meyakini uangnya telah dicuri oleh ‘babi ngepet’ tersebut. Total uang Hamdani yang telah dicuri lebih dari Rp2 juta sejak dua bulan terakhir. Itu adalah uang dirinya dan menantu.
“Anak saya (menantu) dua kali hilang, dua minggu Rp2 juta. Kalau saya kurang lebih Rp250 ribu,” kata dia, Selasa (27/4). Menurut Hamdani, selain dirinya, banyak warga lain yang mengalami hal serupa, salah satunya ketua RW 04, Abdul Rosad yang kehilangan uang senilai Rp900 ribu. Setelah beberapa kali kasus kehilangan itu, warga akhirnya sepakat untuk merencanakan penangkapan. Penggalangan warga untuk menangkap babi pada malam itu dikoordinasikan oleh Adam Ibrahim, tokoh masyarakat yang lebih dikenal dengan panggilan ‘ustaz’. Adam pula yang mengirim pesan kepada Farhan dan sejumlah warga untuk bergerak serempak mengepung babi tersebut. Adam adalah otak dari skenario penangkapan babi ngepet tersebut.
Ditemui di lokasi penangkapan yang tak jauh dari rumahnya, Adam mengatakan bahwa sebenarnya dia pernah menangkap babi tersebut sebulan sebelumnya. Namun, kata Adam, babi itu mendadak hilang dan hanya menanggalkan sejumput bulu di tangannya. Saat diminta menunjukkan barang yang dia maksud, Adam mengatakan bahwa bulu yang sempat ia amankan itu juga mendadak hilang. “Yang lebih aneh hilang dengan sendirinya. Padahal udah dirapetin, pakai api malah plastiknya buat rapet. Ilang juga ternyata,” kata dia, Selasa (27/4). Adam bercerita, penangkapan pertama yang gagal itu bermula saat dirinya usai melaksanakan salat tahajud dan salat isya awal pertengahan April atau Ramadan lalu.
Ia melihat seorang pria melewati rumah warga yang disertai bau anyir. Ia meyakini pria tersebut datang untuk berbuat jahat. Ia pun meminta warga menangkap dan mengepung pria tersebut. “Ini orang kayaknya enggak bener. Ini orang bukan niat baik. Akhirnya coba kita pelan-pelan keluar kita kepung,” kata dia. Menurut Adam, saat ia bersama warga lain telah berkumpul, ia mendapati pria tersebut telah berubah menjadi babi. Namun, kata Adam, babi itu tiba-tiba hilang saat ia tangkap dan hanya menanggalkan bulu di tangannya. Adam meyakini bahwa babi itu hilang karena baik dirinya maupun warga tak ada yang bertelanjang bulat saat proses penangkapan.
“Di situ saya kepung dan tegreb. Tapi hilang karena kita enggak telanjang. Jadi kena bulunya doang banyak di tangan. Itu gagal pertama,” ucapnya. Berangkat dari kegagalan pertama, ia kemudian memobilisasi warga untuk merencanakan skenario penangkapan pada Senin (26/4) malam itu. Selain memberi sejumlah instruksi seperti bertelanjang dan mematikan lampu, ia juga meminta warga untuk bermunajat dengan berzikir. Kebetulan, kata Adam, malam itu bertepatan dengan hari biasanya babi itu datang. Dan momen yang ditunggu pun tiba. Babi itu datang sekitar pukul 23.00 WIB. “Ketika coba dengan ritual, wirid, zikir, alhamdulilah dateng pukul 23.00 WIB lewat. Nah itu pukul 23.00 sudah ada tanda-tanda, sudah terlihat oleh yang pada jaga warga,” kata dia.
Menurut Adam, sebelum terlihat dalam wujud babi, tiga pria datang menaiki sepeda motor. Di antara mereka, satu di antaranya terlihat mengenakan jubah hitam. Dari ujung jalan, pria itu kemudian berjalan kaki menuju tanah sepetak. Dan ya, katanya, satu setengah jam kemudian dia berubah menjadi babi. Sebelum menjadi babi, pria itu kata Adam terlebih dahulu melakukan ritual sambil berjongkok. Sedikit demi sedikit anggota tubuhnya, dari mulai kepala berubah menjadi babi, diikuti anggota tubuh lain. Menurut Adam, hanya orang yang bertelanjang bulat yang dapat menyaksikan pria tersebut setelah menjadi babi. Hal itu pula yang menurutnya ia alami.
“Kalau enggak telanjang nggak bisa melihat. Karena ketika sudah menjadi babi pun saya udah pakai baju enggak bisa melihat. Saya aja enggak bisa lihat, ketika buka baju lagi baru bisa liat,” katanya. Namun, saat ditanya apakah ia melihat langsung peristiwa perubahan pria berjubah hitam menjadi babi itu, Adam mengaku melihat samar dari balik jendela rumahnya. “Lihat, maksudnya enggak jelas. Jelas terangnya rembulan. Jadi agak tampak,” katanya. Adam mengatakan bahwa pengetahuan bertelanjang untuk melihat dan menangkap babi itu ia dapat dari teman-temannya di Bondowoso, Jawa Timur. Ia meminta masukan kepada mereka setelah kegagalan penangkapan pertama. “Kita sharing sama temen-temen kita di Bondowoso Jawa Timur,” ucapnya.
Sementara warga ia minta keluar rumah saat babi itu terlihat, Adam mengaku tak terlibat proses penangkapan. Kala itu, ia mengaku berada di rumah untuk membantu dengan doa dan zikir. Dirinya mengaku membentengi area sekitar dengan pagar gaib agar babi tersebut tak kabur. Babi itu kemudian berhasil ditangkap setelah sekitar 20 menit proses penangkapan, dan dimasukkan ke kandang yang terbuat dari bambu kuning tak jauh dari lokasi. “Saya kan yang ritualin yang magerin supaya dia enggak keluar. Enggak nerobos. Jadi saya bantu dengan doa dengan zikir,” katanya. Belakangan, babi itu telah disembelih dan dikubur pada Selasa (27/4) siang di tempat pemakaman warga yang tak jauh dari lokasi. Keputusan itu diambil setelah Adam mengaku mendapat tekanan aparat karena khawatir akan memancing rasa penasaran warga lain untuk melihat dan menimbulkan kerumunan di tengah pandemi Covid-19.
Adam sebenarnya meyakini babi itu akan kembali berubah ke wujud manusia tiga hari usai penangkapan. Ia juga mengaku telah dihubungi pihak keluarga dan janji bertemu pada Selasa (27/4) malam, secara diam-diam untuk mengambil jasad babi itu dari kuburan. “Tanpa sepengetahuan karena kita nggak mau yang namanya nanti hakim massa, atau hal lain. Kita ingin mengetahui siapa pelakunya, tujuan dia melakukan ini, siapa tim-tim nya ini. Karena dia ada timnya kan, enggak sendiri,” ucap Adam.
Pakar Zoologi Angkat Suara
Peneliti bidang zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Taufiq Purna Nugraha, mengatakan secara ilmiah tidak ada babi ngepet. Meski begitu Taufiq mengaku menghormati kepercayaan terkait hal ini. “Kalau dari sudut pandang ilmiah sih, itu babi ngepet atau bukan, saya nggak bisa jawab, kalau di dalam ilmiah tidak ada itu istilahnya babi ngepet,” ujar Taufiq. Taufiq mengaku tidak mengetahui persis lokasi penemuan hewan diduga babi ngepet itu apakah dekat dengan daerah yang masih daerah kawasan hutan atau belukar. “Depok itu saya cek tempatnya di Bedahan, Sawangan, kalau di belakangnya sih di dekat Parung, karena Parung Panjang masih banyak daerahnya banyak tutupan,” kata Taufiq. Ia yakin jika dilakukan tes DNA pada babi yang sudah mati itu, maka akan didapat DNA babi, bukan DNA manusia sebagaimana yang diyakini warga bahwa babi tersebut sesungguhnya adalah manusia.
Sumber : cnnindonesia.com