TNews, SEHAT ‑ Penyakit jantung masih menjadi faktor penyebab kematian terbesar di Indonesia. Penyakit ini dapat dipicu faktor gaya hidup tak sehat.
Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif Yayasan Jantung Indonesia Mela Sabina mengulas, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi penyakit jantung pada penduduk pria mencapai 1,3% sedangkan pada perempuan lebih tinggi, yakni 1,6%.
Mela menyampaikan untuk menekan fatalitas akibat penyakit jantung, dibutuhkan kesadaran untuk menjaga kesehatan jantung pada diri sendiri dan saling mengingatkan satu dengan lainnya.
“Tahun ini menyambut Hari Jantung Sedunia, Yayasan Jantung Indonesia mengusung tema ‘Use Heart To Connect’. Tema ini dimaksudkan untuk (mengajak) masyarakat menggunakan kasih sayang dan peran kita, supaya kita bisa tetap terhubung untuk sharing informasi dan edukasi (mengenai kesehatan jantung) melalui teknologi yang sudah berkembang luas di masyarakat,” jelas Mela dalam Webinar World Heart Day ‘Show Your Heart’ yang digelar detikcom bersama Yayasan Jantung Indonesia didukung Omron, Ensure, dan H2 Health & Happiness, Rabu (29/9/2021).
Mengenai upaya pencegahan penyakit jantung, Dokter Spesialis Jantung dr Ronally Rasmin Sp.JP, (K) FIHA menerangkan masyarakat dapat menerapkan lima prinsip SEHAT. Lima prinsip tersebut, yakni Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hadapi stress, Awasi tekanan darah secara teratur, dan Teratur berolahraga.
“Mestinya dengan SEHAT ini kita jadi sehat. Dari kapan kita mulai? Mulailah sejak dini,” pesan dr Ronally.
dr Ronally menegaskan tidak ada kata terlambat untuk memulai pola hidup yang lebih baik sesuai lima prinsip SEHAT. Hal yang terpenting, kata dia, orang-orang yang pola hidupnya kurang baik segera menyadari dan langsung berubah menjadi lebih baik.
“Kita perlu cepat mengenalinya (masalah kesehatan) dan juga sadar diri,” sebut dr Ronally.
dr Ronally turut menyampaikan perihal penanganan pada orang yang terkena serangan jantung. Menurutnya, dengan penanganan yang tepat dan cepat penderita serangan jantung dapat terselamatkan.
“Penyakit jantung koroner prinsipnya adalah penyumbatan pembuluh darah oleh unsur-unsur penyumbat, misalnya kolesterol. Kolesterol itu menyumbat pembuluh darah yang letaknya di balik dinding dada. Jadi kita nggak bisa tuh intervensi dari luar, jadi sikapnya di tempat awam isalnya di pasar di jalanan, longgarkan kendurkan semua yang sifatnya mengikat. Misalnya ikat pinggang, pakaian sepatu dan semua,” terang dr Ronally.
Selanjutnya, jelas dr Ronally, jangan berkerumun di dekat orang yang terkena serangan jantung. Sebab, kerumunan membuat oksigen terbatas sehingga korban semakin sulit bernafas.
“Jadi bantu segera, usahakan kurang dari 3 menit kita sudah memastikan orang tersebut bisa terbantu dan jangan hanya menonton,” tegas dr Ronally.
Langkah selanjutnya, bawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diberikan obat pengencer darah, seperti aspilets. Dijelaskan dr Ronally, obat tersebut dapat digunakan untuk pertolongan pertama bagi korban serangan jantung.
“Sesudah itu obat yang lebih lengkap, kita kasih trombolitik. Trombolitik ini harus di bawah pengawasan, artinya obat ini hanya ada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lengkap dan harus punya monitor karena dia penghancur lemak yang ada di pembuluh darah, biasanya menyebabkan aritmia, irama jantung tidak teratur dan akibatnya tekanan darah bisa anjlok,” jelas dr Ronally.
Ia berpesan agar masyarakat Indonesia dapat menerapkan pola hidup yang baik. Mengkonsumsi asupan bergizi seimbang, rutin olahraga, dan berhenti merokok.
Sumber : detik.com