Festival Maleo 2025: Perayaan Hari Maleo Sedunia dan Edukasi Konservasi di Bolsel

oleh -43 Dilihat
Gambar: Ratusan pelajar mengikuti Festival Maleo 2025 di Museum Daerah Kerajaan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kamis, 20 November 2025. Festival ini digelar untuk memperingati Hari Maleo Sedunia dan meningkatkan edukasi konservasi bagi generasi muda. (Foto: Dokumentasi Wartawan).

TNews, BOLSEL – Museum Daerah Kerajaan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Kamis siang, dipadati ratusan pelajar dan warga yang antusias mengikuti Festival Maleo 2025. Acara tahunan ini digelar oleh Forum Koridor Hidupan Liar Tanjung Binerean untuk menyambut Hari Maleo Sedunia, yang diperingati setiap 21 November, sekaligus menjadi momentum edukasi konservasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda.

Pantauan wartawan di lokasi, festival menghadirkan beragam kegiatan interaktif. Para siswa SD, SMP, dan SMA se-Molibagu tampak berpartisipasi dalam kuis, permainan edukatif, pemutaran film konservasi, serta atraksi seni budaya. Tujuannya, untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga burung maleo senkawor, satwa endemik Sulawesi yang kini berstatus kritis menurut IUCN Red List.

“Festival ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga ruang belajar. Kami ingin anak-anak memahami bagaimana menjaga habitat maleo dan keanekaragaman hayati,” kata Samuel Alfredo, Kepala Resort Gunung Ambang BKSDA Sulut.

Burung maleo senkawor merupakan indikator kesehatan ekosistem hutan, namun populasinya terus menurun akibat hilangnya habitat, ekspansi perkebunan, pembangunan jalan, serta meningkatnya aktivitas manusia di pesisir yang mengancam lokasi bertelur. Maleo membutuhkan panas matahari atau panas bumi untuk mengerami telur, sehingga perubahan bentang lahan berdampak langsung pada kelangsungan hidup satwa tersebut.

Direktur Forum Koridor Hidupan Liar Tanjung Binerean sekaligus Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman, Kadek Wijayanto, menegaskan komitmennya menjaga kelestarian maleo dan biodiversitas Sulawesi Utara. “Kami siap menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian alam demi generasi mendatang,” ujarnya.

Selain edukasi, festival juga menjadi sarana promosi potensi wisata alam Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan kekayaan flora-fauna endemik Bolsel, termasuk babirusa, anoa, dan kuskus beruang. Kegiatan ini mendapat dukungan Balai KSDA Sulawesi Utara, Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, WCS Program Indonesia, serta UK FCDO melalui program KIBAR-GGGI.*

Peliput: Rifal Mamonto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.