Festival Pasambahan Kato di Batipuh: Warisan Lisan yang Terus Dihidupkan

oleh -24 Dilihat
Gambar: Wakil Gubernur Sumatera Barat Vasco Ruseimy bersama Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar H. Jofrinal Arifin dan Wali Kota Padang Panjang Hendri Arnis menyaksikan penampilan peserta Festival Pasambahan Kato di Nagari Batipuh Baruh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sabtu, 1 November 2025. Foto: Misratul.

TNews, TANA DATAR – Suasana Nagari Batipuh Baruh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, tampak meriah sepanjang akhir pekan. Ratusan warga tumpah ruah menghadiri Festival Pasambahan Kato (Pabasko), sebuah ajang pelestarian tradisi lisan Minangkabau yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Barat.

Festival yang berlangsung sejak 1 hingga 2 November 2025 ini diikuti oleh 16 nagari dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Tahun ini, panitia mengusung tema “Manjapuik Marapulai” atau menjemput mempelai pria — salah satu prosesi adat yang sarat nilai kesopanan dan penghormatan.

Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, H. Jofrinal Arifin, S.A., dan turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Ir. Vasco Ruseimy, S.T., Wali Kota Padang Panjang, H. Hendri Arnis, Anggota DPRD Sumbar, H. Rony Mulyadi, serta perwakilan Bupati Tanah Datar dan sejumlah pemangku adat dari berbagai nagari.

Dalam sambutannya, H. Jofrinal Arifin menekankan pentingnya pelestarian Pasambahan Kato sebagai bagian dari identitas budaya Minangkabau.

“Pasambahan Kato bukan sekadar seni tutur. Di dalamnya terkandung nilai-nilai sopan santun, penghormatan, dan tata krama yang diwariskan turun-temurun. Kita ingin generasi muda merasa bangga dan ikut menjaga warisan ini,” ujarnya.

Menariknya, pendanaan kegiatan ini berasal dari dana pokir (pokok pikiran) anggota DPRD Sumbar H. Rony Mulyadi, yang disalurkan melalui Dinas Kebudayaan Sumatera Barat. Dukungan ini disebut sebagai langkah nyata pemerintah daerah dalam menghidupkan kembali tradisi lisan di tengah arus modernisasi.

Festival yang berlangsung dua hari itu tak hanya menampilkan kompetisi pasambahan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antar-nagari serta wadah belajar bagi generasi muda untuk memahami filosofi adat Minangkabau.*

Peliput: Misratul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.