TNews, LOMBOK TIMUR – Ahad, 7 Desember 2025, udara pagi di Kelurahan Sekarteja terasa berbeda. Sejak matahari belum sepenuhnya naik, ratusan jamaah sudah memadati Padepokan Ribath Imam Al-Ghazali NWDI. Jalan-jalan kecil menuju lokasi penuh oleh warga, santri, alumni, hingga tokoh masyarakat yang datang menghadiri Peringatan Dzikrol Hauliah ke-XI.
Acara yang berlangsung sederhana namun hangat itu menghadirkan berbagai unsur masyarakat, mulai dari Wakil Bupati Lombok Timur, anggota DPRD dan DPD, para masyeikh Ma’had Darul Qur’an wal Hadits NWDI, hingga tokoh agama dan para wali murid. Namun lebih dari sekadar peringatan tahunan, suasana yang tercipta menyerupai perjumpaan keluarga besar yang lama tak berkumpul.
Dalam sambutannya, TGH Munawir Ghazali mengajak jamaah kembali menyadari pentingnya syukur. Dengan suara tenang namun penuh penekanan, beliau mengingatkan bahwa nikmat terbesar bukan hanya kesehatan, tetapi juga kesempatan duduk bersama dalam majelis ilmu.
“Kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, termasuk nikmat bisa tetap berada di majelis ilmu yang Allah titipkan kepada kita,” ujarnya.
Ia kemudian mengulas perjalanan panjang Ribath—sebuah cerita tentang ketekunan yang tidak semua orang tahu. Sejak Zikrol ke-IX, perjuangan mendirikan dan mempertahankan majelis ilmu tidak selalu mudah. Namun usaha itu kini terbayar dengan lahirnya 447 alumni dari berbagai daerah Indonesia.
“Dari NTB sampai Kalimantan, dari Sumatera hingga Sulawesi, semuanya pernah menimba ilmu di sini,” tutur beliau, sembari menyampaikan rasa syukur atas dukungan masyarakat yang tak pernah putus.
Menjelang hari peringatan, Ribath Imam Al-Ghazali menggelar rangkaian kegiatan selama dua pekan. Mulai dari ujian santri selama delapan hari, dilanjutkan Dauroh Ilmiah dan FGD selama tujuh hari, hingga pengobatan gratis oleh tenaga kesehatan alumni.
Yang paling menyita perhatian adalah khitanan massal yang dilaksanakan bersamaan dengan aqiqah tanpa pungutan biaya. Menurut TGH Munawir, rangkaian acara ini bukan sekadar rutinitas, tetapi wujud nyata kontribusi Ribath dalam memakmurkan Masjid Al-Ittihad Sekarteja.
“Tugas kita bukan hanya membangun badannya, tetapi juga membangun jiwanya. Masjid harus menjadi pusat kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Ia menambahkan, Ribath akan terus membuka pintu bagi masyarakat, khususnya anak-anak dari keluarga kurang mampu yang ingin menuntut ilmu.
Sementara itu, Wakil Bupati Lombok Timur dalam sambutannya mengapresiasi peran Ribath dalam merawat nilai-nilai keagamaan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa kata Ribath bermakna “menjaga”, dan makna itu menurutnya selaras dengan visi SMART Kabupaten Lombok Timur—khususnya huruf R: Religius.
“Kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial seperti ini harus diperluas. Pemerintah terbuka untuk kolaborasi,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya peran para tuan guru dalam membimbing generasi muda di desa-desa.
Menjelang penutupan, suasana kembali menghangat ketika Wakil Bupati menyerahkan santunan kepada anak yatim secara simbolis. Beberapa jamaah tampak menahan haru melihat momen tersebut—sebuah pengingat bahwa ruh kegiatan ini bukan hanya ilmu, tetapi juga kemanusiaan.*
Peliput: Muh. Zunnrain






