TNews, KESEHATAN – Sebagian besar orang mungkin sudah tahu bahwa nikotin menyebabkan ketergantungan. Zat satu inilah yang membuat seorang perokok sulit berhenti dan ketagihan. Namun sebenarnya, bagaimana cara kerja nikotin hingga menyebabkan seseorang ketagihan? Sebagaimana dilansir MayoClinic, nikotin adalah bahan kimia dalam tembakau yang membuat seseorang ingin mengonsumsinya terus menerus. Ketergantungan nikotin terjadi ketika seseorang membutuhkan nikotin dan tidak bisa berhenti menggunakannya. Semakin banyak merokok, semakin banyak nikotin masuk ke tubuh. Kondisi ini membuat seorang perokok kesulitan berhenti karena nikotin akan berkurang saat tak merokok.
Dokter Spesialis Kejiwaan Tribowo Ginting mengatakan bahwa saat mengonsumsi, nikotin masuk ke reseptor otak atau nicotinic acetylcholine receptor. Bagian reseptor dalam otak ini membuat otak menjadi ketergantungan nikotin jika diberi terus menerus. Seseorang yang mengisap rokok, kandungan nikotinnya secara langsung akan terbawa lewat susunan saraf dan masuk ke otak. Ketika sampai di otak, nikotin akan menuju reward system otak yang memberikan rasa senang dan tenang. Ia akan mengikat reseptor otak dan merangsang pelepasan hormon vasopresin, serotonin, endorfin yang menimbulkan rasa bahagia dan rileks. “Pada saat nikotinnya habis, efeknya akan hilang, hormon tadi juga akan berkurang dengan sendirinya. Jadi memang efek nikotinnya ini tidak lama,” kata Tribowo.
Karena kerja nikotin pada otak itu hanya sebentar, maka seseorang akan kehilangan rasa senang dan rileksnya dengan cepat. Kondisi itulah yang menyebabkan seorang perokok akan terus merokok, karena ada rasa rileks yang nyaman saat mengisap rokok. “Pada saat berhenti merokok dia akan merasa tidak nyaman, fungsi kognitifnya juga berkurang karena bagian otak beta-dua kekurangan nikotin, yang biasanya dia dapat,” tuturnya. Ketika terus mengonsumsi rokok, otak akan berusaha memperbanyak reseptor untuk mengikat nikotin. Semakin banyak merokok, semakin banyak reseptor ini diproduksi oleh otak. Alhasil otak akan semakin banyak menampung nikotin karena ada banyak ‘pintu masuk’ yang tersedia. Semakin banyak jumlah reseptor maka akan semakin banyak pula kadar nikotin dalam otak.
“Ini kemudian yang bikin seseorang ketagihan, nikotinnya sudah begitu banyak, ketika disetop dia jadi gejala withdrawal [sakau],” tuturnya. Meski bisa menimbulkan efek tenang pada diri seseorang, merokok lebih banyak membawa penyakit. Nikotin yang terus dikonsumsi otak bisa membuat prefrontal cortex, bagian otak yang menerjemahkan informasi dan mengambil keputusan menjadi lambat bekerja. Sehingga, merokok bisa merusak fungsi kognitif seseorang. Merokok juga bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko penyakit paru kronis, penyakit jantung, disfungsi ereksi, hingga penyakit kanker.
Sumber : cnnindonesia.com