TNews, WISATA – Tahukah traveler kalau Jakarta memiliki suaka margasatwa paling kecil di Indonesia? Inilah Suaka Margasatwa Muara Angke yang punya segudang hal unik. Mari kita melihat bagian Jakarta yang langka yang jarang dilihat orang. Siapa tahu, setelah kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke ada Hutan Lindung Angke Kapuk yang berada di bawah pengelolaan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Untuk diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membawahi Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Cagar alam Pulau Bokor, Taman Wisata Alam Angke Kapuk dan Suaka Margasatwa Muara Angke. Kembali ke awal pembahasan, luasan suaka margasatwa yang kami kunjungi ini adalah yang terkecil, di bawah 30 hektar.
“Kawasan ini yang berstatus suaka margasatwa yang paling kecil di Indonesia adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Luasannya hanya 25,02 hektar,” kata Nani Rahayu selaku Pengendali Ekosistem Hutan dari BKSDA DKI Jakarta, di lokasi Kamis (3/6/2021). Sudah sejak 1928 Suaka Margasatwa Muara Angke ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh pemerintah Hindia Belanda. Fungsi utama kawasan ini sebagai green belt untuk mencegah intrusi air laut dan pengendali banjir. Tak hanya itu, Suaka Margasatwa Muara Angke adalah rumah terakhir di Jakarta bagi lutung Jawa. Hewan itu saat ini sudah tiada lagi alias punah. “Pada 1939 sudah penetapan dan luasnya 1.133 hektar dan Suaka Margasatwa Muara Angke masuk di dalamnya. Waktu itu statusnya cagar alam dengan luas 15,02 hektar,” ujar Nani.
“Kenapa ditetapkan sebagai cagar alam untuk melindungi populasi monyet ekor panjang, burung air, kemudian dulu di sini ada lutung Jawa. Tapi lutung Jawanya sudah punah di tahun 1970-an,” dia menambahkan. “Karena, lutung Jawa adalah satwa arboreal penuh. Jadi sangat tergantung pada pepohonan. Tetapi mungkin ada degradasi dan sebagainya akhirnya dia tidak bisa bertahan di Suaka Margasatwa Muara Angke dan punah,” kata dia lagi. Suaka Margasatwa Muara Angke telah mengalami tahun-tahun yang berat. Pencemaran lingkungan dan kerusakan yang begitu massif membuat statusnya pun diubah agar manusia bisa tetap merawatnya. “Karena terjadi degradasi lingkungan di kawasan ini terhadap mangrove dan banyak pencemaran, lalu pada 1998 kawasan ini diubah statusnya dari cagar alam menjadi suaka margasatwa,” Nani menjelaskan.
“Kenapa diubah kalau cagar alam itu kan proses ekologinya harus berlangsung secara alami. Jadi manusia itu tidak banyak yang bisa dilakukan untuk intervensi. Maka diubah dan manusia bisa mengintervensi kondisi ekologi melalui kegiatan pembinaan habitat,” dia menambahkan. Jadi di Suaka Margasatwa Muara Angke ini ada sekitar 122 spesies burung dan 26 jenis di antaranya adalah burung air. 19 di antaranya dilindungi dan 16 di antaranya adalah burung migran. Tak hanya itu, di Suaka Margasatwa Muara Angke juga ada begitu banyak satwa lain, seperti biawak hingga buaya. Namun, masih ada begitu banyak kekurangan ada di sini. Suaka Margasatwa Muara Angke hingga kini masih tertutup untuk kunjungan umum. Jika traveler melakukan penyusuran sungai, ada begitu banyak sampah di alirannya.
Sumber : detik.com