TNews, SEHAT – Rupanya, lebih dari 33 sampai 35 persen pasien pakar seks dr Boyke mengalami permasalahan seks di balik perselingkuhan. Menyusul komunikasi sebagai problema nomor satu, alasan kedua yakni seks dan penampilan.
“Pengetahuan mereka tentang seks itu minim banget. Kalau Anda bandingkan dengan orang-orang di luar negeri, seks itu harus selalu menjadi titik tolak dalam suatu perkawinan. Di Indonesia kadang-kadang nggak,” terangnya.
Menurutnya, tak sedikit yang masih salah kaprah soal pentingnya seks dalam hubungan. Ia meluruskan, seks tak melulu soal penetrasi. Yang sebenarnya lebih krusial dari kenikmatan penetrasi adalah keintiman yang dibangun sebelum penetrasi terjadi.
“Orang kan sering bilang seks harus penis masuk ke dalam vagina, nggak. Ya pelukan, ciuman. Kadang orang yang sudah diabetes, itu yang penting tetap melakukan tindakan yang mengekspresikan cinta kepada pasangannya. Itu yang harus menjadi pokok juga,” beber dr Boyke.
“Yang dinikmati itu adalah prosesnya. Ketika dia merayu, ketika dia mengusap-usap,” lanjutnya.
Tidak ‘sreg’ dengan pasangan dalam urusan seks, bisa jadi cikal-bakal perselingkuhan?
dr Boyke menyebut, seks pada dasarnya adalah hal yang lentur. Pun dua orang dalam hubungan memiliki selera, sifat, dan kebiasaan berbeda, masalah seks bisa dibenahi sebagai titik penting dalam hubungan.
dr Boyke memberi contoh kasus, salah satu pasangan memiliki pekerjaan yang padat. Sementara satu yang lain, menuntut frekuensi seks yang tinggi. Menurutnya, situasi ini bisa dicoba dibenahi dengan komunikasi. Mulai dari seks seperti apa yang satu sama lain inginkan.
“(Komunikasikan) bagaimana pada hari-hari yang saya tentukan kamu tidak kerja lembur, bisa nggak? Tolong. Kamu mau selamat nggak perkawinannya? Kalau saya sih jujur-jujur saja. Kamu senangnya posisi apa? Kamu senangnya bagaimana? Perlu dibantu nggak dengan afrodisiak?” bebernya.
“Pasti ada titik temu. Sepanjang dia dibantu oleh profesional untuk memecahkan masalahnya,” pungkas dr Boyke.
Sumber : detik.com