TNews, KESEHATAN – Osteoporosis bisa terjadi pada anak-anak, yang menjadi penyakit kelainan tulang langka.
Penyakit ini biasanya terjadi ketika pembentukan tulang tidak mencukupi atau individu terlalu banyak kehilangan kepadatan tulang.
Pada akhirnya, memengaruhi kekuatan dan struktur tulang, membuatnya lemah dan rentan patah.
Umumnya, osteoporosis dialami oleh orang lanjut usia sekitar 50-an tahun ke atas. Jarang terjadi pada orang lebih muda.
Osteoporosis pada anak disebut sebagai juvenile osteoporosis, di mana penipisan tulang terjadi di masa kanak-kanak.
Mengutip Verywell Health, usia rata-rata anak yang diserang osteoporosis adalah 7 tahun, tetapi dapat terjadi kisaran 1-13 tahun.
Tanda-tanda
Tanda osteoporosis pada anak yang awal muncul biasanya adalah nyeri di punggung bawah, pinggul, dan/atau kaki.
Anak mungkin juga mengalami kesulitan berjalan atau berjalan dengan postur pincang.
Fraktur ekstremitas bawah adalah komplikasi umum osteoporosis pada anak, terutama terjadi pada lutut atau pergelangan kaki.
Osteoporosis pada anak juga dapat menyebabkan kelainan bentuk fisik, termasuk:
- Dada cekung
- Kehilangan tinggi badan
- Kifosis: kelengkungan abnormal pada tulang belakang dada
Osteoporosis bisa menjadi masalah serius ketika menyerang anak karena ini adalah masa ketika mereka membangun sebagian besar massa tulang.
Kehilangan massa tulang selama masa penting ini dapat menempatkan anak pada risiko komplikasi serius, seperti perkembangan tulang yang tidak normal.
Diagnosis
Mendiagnosis osteoporosis pada masa anak-anak merupakan hal kompleks.
Pemindaian kepadatan tulang adalah cara yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi kepadatan tulang yang rendah pada tahap awal.
Interpretasi yang cermat perlu diperlukan untuk sampai pada diagnosis yang tepat.
Namun pemindaian tulang baru dilakukan, ketika dokter mencurigai adanya tanda-tanda osteoporosis pada anak.
Akibatnya, dokter sering tidak mendiagnosis osteoporosis pada anak sampai anak tersebut mengalami patah tulang.
Ketika itu terjadi, dokter akan meninjau riwayat medis dan keluarga anak, termasuk obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes yang mungkin termasuk:
- Sinar-X: dokter menggunakan teknik pencitraan ini untuk mencari bagian patah tulang.
- Pemindaian absorpsiometri sinar X energi ganda (DEXA): pemindaian DEXA mengukur massa dan kepadatan tulang.
- Tes darah dan urin: tes ini memeriksa kadar kalsium, magnesium, fosfor, dan hormon paratiroid dalam tubuh.
Dalam beberapa kasus, dokter tidak dapat menemukan penyebab osteoporosis pada anak. Kondisi ini jarang terjadi dan disebut idiopatik remaja osteoporosis (IJO).
Penyakit langka ini biasanya berkembang pada anak-anak yang awalnya sehat antara usia 1-13 tahun. Biasanya osteoporosis pada anak terjadi pada masa sebelum mereka mencapai pubertas.
Sumber: kompashealth.com