Warga Tatelu Raya Tolak Eksplorasi TTN

0
995

TNews, Minut – Eksplorasi yang dilakukan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN) bersama PT. Iyosa di lokasi lahan tambang rakyat yang saat ini adalah Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Tatelu, dinilai meresahkan warga penambang.


Tak pelak warga tiga desa masing-masing Tatelu, Tatelu Rondor dan Warukapas bersama penambang dari desa sekitar, Rabu (10/02/2020) melakukan aksi protes.
Aksi ini menurut Nofki Rumagit warga Tatelu, sebagai spontanitas keresahan warga yang perekonomiannya terancam, padahal nasib warga ini tergantung dari aktivitas pertambangan emas di wilayah kecamatan Dimembe dan Talawaan.
“Dampak positif dengan adanya WPR adalah peningkatan ekonomi masyarakat Minut umumnya dan Tatelu Raya khususnya. Bahkan ketika Pandemi Covid19 ini, tinggal pertambangan Emas yang menjadi tumpuan hidup kami dan keluarga, baik pemilik lahan maupun penambang, bahkan ketika usaha lainnya termasuk perikanan darat dan peternakan ayam sekarat padahal merupakan usaha andalan di wilayah Tatelu Raya,” kata Rumagit.
Selanjutnya kata Kiki sapaan akrabnya, eksplorasi yang dilakukan saat ini dinilai meresahkan sebab sudah masuk pada zona Putih, yang artinya merupakan wilayah penciutan dari wilayah KK PT. TTN, sehingga sudah dikeluarkan dari areal KK dan ini merupakan WPR dan dikelolah serta dimanfaatkan oleh warga.
“Warga hanya melakukan aktivitas pertambangan di wilayah yang diciutkan dari KK yang sudah bukan wilayah TTN dan ketika TTN lakukan eksplorasi di wilayah yang sudah tidak termasuk wilayah KK, jelas sangat meresahkan warga penambang yang menggantungkan hidup dengan bekerja di WPR, sehingga kami menolak kehadiran perusahaan di lokasi pekerjaan kami,” ujarnya.
Lain halnya diungkapkan Victor Kamagi tokoh masyarakat desa Warukapas Victor Kamagi (VK), bahwa mereka (Para Penambang-red) dengan tegas menolak kehadiran PT. TTN dan PT. Iyosa.
“Areal saat adalah tempat kami mencari sesuap nasi, sehingga kami menolak adanya aktivitas TTN disini,” ujar Kamagi
Pemerintah Desa Tatalu melalui Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Wenny Paat, menyatakan pihak Pemdes Tatalu mengapresiasi pelaksanan aksi demostrasi disebabkan pelaksanaannya masih pada koridor, bahkan tetap mematuhi protokol kesehatan. Dan yang paling utama adalah warga dan penambang tidak berlalu anarkis. “Semua masih terkendali dan pemerintah desa sangat mengapresiasi pelaksanaan demo yang tidak anarkis serta tetap patuh dengan protokoler kesehatan pencegahan penyebaran Covid19, bahkan kami juga menyatakan terima kasih kepada Kapolres Minut AKBP. Grace Rahakbau SIK, yang sudah membantu melakukan pengamanan bahkan melakukan negosiasi pertemuan antara pemilik lahan, penambang serta pihak TTN,” kata Paat.


Kapolres Minahasa Utara (Minut) AKBP Grace Rahakbau SIK, yang melakukan pemantauan dan pengamanan menghimbau agar masyarakat yang hadir saat demo tersebut untuk sementara di persilakan kembali bekerja sesuai lokasi masing-masing.
“Saya menghimbau kita semua untuk menjaga keamanan dan ketertiban dan untuk penambang dapat kembali bekerja di lokasi masing-masing. Kami beserta pemerintah terkait akan mengupayakan pertemuan antara masyarakat penambang dengan pihak perusahaan. Silakan bekerja dan jangan lupa tetap melaksanakan protokoler kesehatan pencegahan Covid19.” tegas Rahakbau.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil dirangkum TNews menyabutkan, berdasarkan beberapa kesepakatan antara perusahaan dan masyarakat terjadi penciutan areal KK MSM/TTN di wilayah desa Tatelu, Tatelu Rondor dan Warukapas yang kemudian sebagiannya dijadikan WPR, namun kemudian di wilayah putih (lokasi penciutan) ternyata sudah dilakukan eksplorasi oleh TTN dan kemudian mengundang keresahan masyarakat penambang disana. (PCV)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.