TNews, JAKARTA – Di masa lampau, afrodisiak digunakan untuk tujuan membuat orang menjadi berhasrat seks. Biasanya afrodisiak yang digunakan dengan dari bermacam-macam makanan atau bahan-bahan alami yang mampu meningkatkan rangsangan seksual.

Masa berubah dan kini afrodisiak bisa ditemukan tak hanya makan, namun bekerja melalui indera dengan menciptakan bebauan, rasa, atau tekstur yang menyenangkan. Dikutip dari Cosmopolitan, berikut adalah 3 makanan terbaik yang bisa Anda jadikan afrodisiak untuk memberi bumbu pada sesi bercinta Anda malam ini:

1. Alpukat

Kaitan alpukat dengan seksual bukanlah hal baru, bahkan suku Aztec memberi nama pohonnya sebagai pohon ‘testis’ karena seringnya ditemukan alpukat bergantung berpasangan layaknya bagian genital pria tersebut. Alpukat kaya akan nutrisi, seperti lemak tak jenuh yang bisa melindungi kesehatan jantung, magnesium yang bisa membantu menurunkan kecemasan dan vitamin E, yang sering disebur ‘vitamin seks’ karena fungsinya yang baik untuk meningkatkan aliran darah.

2. Tiram

Tiram bukanlah boga bahari favorit kebanyakan orang, namun tiram dipercayai menjadi makanan afrodisiak yang terbaik. TIram mengandung zinc yang tinggi, yang bertanggung jawab menjaga sejumlah fungsi tubuh yang vital dan tirosin, asam amino yang meningkatkan kadar dopamin yang bisa membuatmu bahagia dan senang. Jadi, tiram bisa membuat orang lebih bahagia dan orang yang bahagia ingin seks lebih banyak, masuk akal!

3. Cokelat

Cokelat kaya akan nutrisi, namun kita bisa menggunakan cokelat sebagai ‘afrodisiak’ dengan cara lain. Orang-orang kebanyakan langsung ke seks tanpa mengindahkan erotisme dan antisipasinya, padahal kedua hal itu bisa menjadi rangsangan yang sangat kuat dan tak bisa dihindari. Bermain-main dengan erotisme misalnya menggunakan cokelat sebagai makanan di atas tubuh pasanganmu, lalu jilat atau makan bisa menambah cukup banyak ‘bumbu’ di kehidupan seksualmu.

Sumber : Detik.com

TNews, JAKARTA – Sudah menjadi kebiasaan bila malam Jumat menjelang, media sosial akan ramai dengan celotehan “sunah Rasul”. Mengarah pada hubungan suami-istri, itulah maksud warganet sebut “sunah Rasul”.Sebenarnya apakah itu “sunah Rasul”?

Sunnah Rasul dalam pandangan syariat adalah sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah Shallalhu alayhi wa Sallam menjalani hidupnya atau suatu aktifitas dilakukan oleh Rasulullah Shallalhu alayhi wa Sallam dengan penjagaan Allah Taala.

Benarkah malam Jumat sebagai malam yang dianjurkan untuk berhubungan suami istri?

Ada perkataan yang dianggap hadits:

Barangsiapa melakukan hubungan suami istri di malam Jumat (Kamis malam) maka pahalanya sama dengan membunuh 100 Yahudi. [Dalam hadits yang lain disebutkan sama dengan membunuh 1000 atau 7000 Yahudi.]

Ustadz Abdullah Zaen, MA, seperti dilansir dari konsultasikonsultasisyariah.com, mengatakan belum pernah menemukan ayat Alquran atau hadits sahih yang menunjukkan anjuran tersebut.

Jika ada yang menyampaikan hal tersebut maka dia diminta untuk menyampaikan dalil.”Hadits di atas tidak akan Anda temukan dalam Kitab manapun.

Baik kumpulan hadits dhaif apalagi shahih.

Artinya, hadits Sunnah Rasul pada malam Jumat tersebut, apalagi sama dengan membunuh 100 Yahudi, adalah bukan hadits alias palsu yang dikarang oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” katanya.Ustadz Ammi Nur Baits, menambahkan, ada haditsnya shahih namun tidak mengatakan secara gamblang bahwa itu adalah hubungan suami istri yaitu:

Dari Aus bin Abi Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mandi pada hari Jumat dan memandikan, dia berangkat pagi-pagi dan mendapatkan awal khotbah, dia berjalan dan tidak berkendaraan, dia mendekat ke imam, diam, serta berkonsentrasi mendengarkan khotbah maka setiap langkah kakinya dinilai sebagaimana pahala amalnya setahun.” (H.R. Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Imam An-Nawawi dan Syekh Al-Albani)

Sebagian ulama mengatakan, “Kami belum pernah mendengar satu hadis sahih dalam syariat yang memuat pahala yang sangat banyak selain hadis ini. “Karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan semua amalan di atas, untuk mendapatkan pahala yang diharapkan.” (Al-Mirqah, 5:68)

Disebutkan dalam Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, bahwa ada sebagian ulama yang mengartikan kata “memandikan” dengan “menggauli istri”, karena ketika seorang suami melakukan hubungan dengan istri, berarti, dia memandikan istrinya.

Dengan melakukan hal ini sebelum berangkat shalat Jumat, seorang suami akan lebih bisa menekan syahwatnya dan menahan pandangannya ketika menuju masjid. (Lihat Aunul Ma’bud, 2:8)

Jika kita menganggap pendapat ini adalah pendapat yang kuat maka anjuran melakukan hubungan di hari Jumat seharusnya dilakukan sebelum berangkat salat Jumat di siang hari, bukan di malam Jumat, karena batas awal waktu mandi untuk salat Jumat adalah setelah terbit fajar hari Jumat.

Sumber : Tribun News