Mengenal Sejarah Bimoli, Minyak Goreng Asal Sulawesi Utara

1
1064

TNews, SEJARAH – Siapa tak kenal minyak goreng Bimoli? Minyak goreng legendaris ini diproduksi di pabrik yang berada di Kota Bitung, Provinsi Sulut.

Bimoli awalnya milik Sinarmas Group yang saat ini dimiliki PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), salah satu anak perusahaan Indofood.

Sejatinya, nama Bimoli adalah singkatan dari Bitung Manado Oil Limited.

Bimoli adalah merek dagang  minyak goreng yang kini diproduksi oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang dimiliki oleh grup PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri).

Perusahaan ini mengelola lahan pertanian kelapa sawit yang belum berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan produksi Crude Palm Oil.

Setelah itu, lahan pertanian tersebut dibudidayakan dan dilakukan pengolahan kelapa sawit untuk dipasarkan dan didistribusikan turunan produk kelapa sawit seperti minyak goreng, margarin, dan shortening.

Saat ini SIMP mengoperasikan empat pabrik pengolahan kelapa sawit refinery yang berlokasi dekat dengan pelabuhan seperti Jakarta, Surabaya, Bitung (Sulut) dan Medan (Sumut). 

Sejarah SIMP

SIMP adalah perusahaan dalam Indofood Sukses Makmur yang bergerak dalam bidang agribisnis, terutama dalam pengolahan kelapa sawit.

SIMP merupakan salah satu grup agribisnis terbesar nasional, dengan usaha yang terintegrasi vertikal dari penelitian dan pengembangan, pemuliaan benih bibit, pembudidayaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi serta pemasaran produk minyak goreng, margarin dan shortening.

Selain berbisnis sawit sebagai bisnis utamanya, bisnisnya juga mencakup tebu, karet, kelapa dan tanaman lainnya

SIMP didirikan pertama kali pada 12 Agustus 1992, dengan nama PT Ivomas Pratama, dan mulai beroperasi pada 1994.

Awalnya, perusahaan ini hanya salah satu perusahaan kecil dari banyak bisnis agrobisnis Salim Group lainnya, dengan fokus mengelola bisnis sawit di Khayangan, Riau.

Kepemilikan sejak April 1997 sudah dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur (80%), bersama PT Intiboga Sejahtera, PT Salim Oil Grains, PT Bitung Manado Oil Ltd and PT Argha Giri Perkasa.

Namanya sudah menjadi PT Salim Ivomas Pratama sejak 24 September 1994.

Bisnis SIMP mulai berkembang ketika Salim hendak membangkitkan kembali bisnis agribisnisnya.

Sebelumnya, pada tahun 1999, Salim telah menyerahkan PT Salim Sawitindo, PT Bhaskara Multipermata, PT Minamas Gemilang dan PT Anugerah Sumbermakmur kepada BPPN.

Ini guna untuk membayar hutang BLBI ke BCA pada 1998.

Pada 14 Maret 2001, perusahaan dengan lahan 270.000 hektar dan 25 anak usaha ini dijual pada Guthrie Berhad, perusahaan yang kini dimiliki pemerintah Malaysia oleh BPPN dengan harga US$ 368 juta.

Kehilangan bisnis sawit membuat Indofood sulit berkembang, padahal bisnis makanan dan minuman membutuhkan minyak sawit dan pada saat itu harga CPO sedang naik tajam di pasar global.

Oleh karena itu, Salim memutuskan membangkitkan bisnis sawitnya kembali dengan sejumlah akuisisi pada pertengahan 2000-an.

Pada 2006, SIMP melakukan akuisisi pusat penelitian, pengembangan, dan pembiakan bibit di Riau, serta akuisisi lahan perkebunan di Kalimantan Barat.

Sebelumnya, pada 2005, SIMP mengambilalih lahan perkebunan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

Kemudian pada 16 Agustus 2006, SIMP menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Rascal Holdings Limited, untuk mengakuisisi 60% kepemilikan di PT Mentari Subur Abadi, PT Swadaya Bhakti Negaramas dan PT Mega Citra Perdana yang memiliki sekitar 85,500 hektar lahan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Pada 16 Agustus 2006, Indofood melakukan merger pada 6 perusahaan sawit miliknya, dengan SIMP menjadi surviving company.

5 perusahaan yang dimerger dengan SIMP adalah:

PT Bitung Manado Oil Ltd (Manado) – perusahaan ini awalnya dikenal dengan merek Bimoli (Bitung Manado Oil Limited).

Didirikan pertama kali oleh pendiri Sinarmas, Eka Tjipta Widjaja pada 1968-1969, dan memimpin pasar sebesar 60%. Selain itu, juga diproduksi merek Simas margarin (singkatan Sinarmas).

Pada 1983 Eka menjalin kongsi dengan Sudono Salim, dengan nama perusahaan PT Sinar Mas Inti Perkasa (45-45% dengan 10% menjadi milik Sigit Harjojudanto).

Kongsi itu pecah pada Desember 1990, dengan merek Bimoli-Simas menjadi merek milik Salim sedangkan 200.000 ha lahan menjadi milik Sinarmas.

Merek Bimoli kemudian beralih ke PT Sajang Heulang dan terakhir PT Intiboga Sejahtera sejak 1996, sedangkan PT Bitung tetap menjadi produsen minyak goreng.

PT Intiboga Sejahtera (Jakarta) – berdiri pada 1991, setelah pecah kongsinya Salim-Sinarmas, awalnya merupakan pabrik minyak di Surabaya.

Pada 1996 kemudian pabriknya bertambah di Jakarta dan mendapat merek Bimoli dan lain-lain, menjadikannya di bawah satu produsen. Menjadi bagian Indofood SM sejak 1997.

PT Sawitra Oil Grains (Jakarta) – dahulu bernama PT Salim Oil Grains

PT Pratiwimba Utama (Jakarta)

PT Gentala Artamas (Jakarta).

Tujuan merger ini adalah untuk menciptakan integrasi dan efisiensi.

Saham mutlak (80%) tetap dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur, sementara 13% dimiliki oleh PT Birina Multidaya (pabrik sabun Bukrim),4% oleh PT Bimamakna Indopratama dan 3% oleh PT Metro Lintasnusa.

Pada pertengahan Desember 2007, perusahaan yang baru merger ini memberikan kejutan dengan mengakuisisi PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang dimiliki oleh First Durango Limited milik keluarga Eddy Kusnadi Sariaatmadja.

Transaksi ini memakan biaya Rp 8,4 triliun (Rp 6.900/saham, 36% kepemilikan yang akan menjadi 64% setelah tender offer) dan sudah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Indofood pada 23 Oktober 2007 dan sebelumnya juga keduanya sudah menandatangani perjanjian penjualan pada 25 Mei 2007.

Akuisisi ini dilakukan dengan skema “tukar guling” dimana Salim akan menyerahkan saham Indosiar Karya Media pada keluarga Sariaatmadja (Emtek), yang dilakukan selanjutnya (setelah diundur) pada Maret 2011.

Dengan pembelian Lonsum, kebun sawit Salim Grup berkembang dari hanya 220.000 hektar menjadi 384.000 hektar, bertambah 164.000 dari lahan milik Lonsum yang sudah ditanami sawit, kakao dan karet.

Awalnya, Salim sempat berencana membeli Astra Agro Lestari, namun gagal karena tidak sepakat.

Selain akuisisi ini, kemudian Salim juga mengalihkan saham PT SIMP yang awalnya dipegang langsung oleh Indofood Sukses Makmur menjadi di bawah anak usaha INDF bernama IndoAgri yang berbasis di Singapura.

Saham IndoAgri kemudian dicatatkan di Bursa Saham Singapura, dengan mengambil alih (backdoor listing) ISG Asia Limited.

Ekspansi terus dilakukan oleh kelompok agribisnis Salim ini. Pada 2008, SIMP mulai memperluas bisnisnya ke bisnis gula melalui penyertaan saham (60%) di PT Lajuperdana Indah (dikenal dengan merek IndoSugar, menandakan kembalinya Grup Salim ke bisnis ini setelah melepas Sugar Group ke BPPN pada 1999).

Selain itu, SIMP juga mengakuisisi lahan perkebunan di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah, dan pada 2009 SIMP kembali menambah kepemilikan lahannya di Sumatra Selatan.

Dengan akuisisi-akuisisi ini, saat ini SIMP menguasai 300.000-400.000 ha lahan perkebunan.

Sejak 2014, SIMP telah mengadakan sejumlah diversifikasi, dimulai dengan mendirikan perusahaan patungan bersama PT Wahana Inti Selaras yang bergerak di bidang pembangunan jalan dan infrastruktur perkebunan, serta menyewakan alat-alat berat.

SIMP juga mengembangkan bisnis gula lewat akuisisi PT Madusari Lampung Indah. Pada 2016, SIMP mulai menjajal bisnis teh setelah mengakuisisi PT Pasir Luhur, dan mendirikan perusahaan patungan dengan Daito Cacao Co. Ltd. untuk memproduksi dan memasarkan produk cokelat di Indonesia.

Daito dan SIMP kini tengah membangun pabrik pengolahan biji kakao di Purwakarta, Jawa Barat, dengan investasi US$30 juta hingga US$35 juta. Pabrik itu rampung pada kuartal IV/2019 

Dijual sejak tahun 1968

Minyak Bimoli pertama kali dikenalkan di pasar Indonesia pada tahun 1968. Sedangkan untuk varian Bimoli Spesial diperkenalkan pada tahun 1993.

Sebagai upaya pemasaran produk, kini Bimoli memiliki jaringan distribusi besar dari Sabang sampai Merauke.

Karena sudah lama berkecimpung di industri minyak goreng, Bimoli pun melakukan berbagai inovasi mulai dari kualitas, varian, slogan, kemasan, dan strategi pemasarannya.

Hal tersebut membuahkan hasil berupa beberapa penghargaan seperti Platinum Level dari Indonesia Best Brand Award (IBBA) dari tahun 2002-2014, GOLD Level dari Packaging Consumer Branding Award yang diberikan oleh Indonesian Brand identity Summit tahun 2005 dan Diamond Level dari Indonesia Customer Satisfaction Award (ICSA) dari tahun 2000-2014.

Hingga tahun 2016 pun Bimoli masih menjadi pemenang kategori Minyak Goreng Bermerk pada penghargaan ICSA.

Kemasan minyak goreng

Saat ini SIMP memproduksi tiga kategori minyak goreng berbasis kelapa sawit, yaitu minyak goreng bermerek kemasan konsumen; Minyak goreng bermerek kemasan semi-konsumen yang diperuntukkan untuk Horeca(Hotel, Restoran, Café), industri UKM (Usaha Kecil Menengah) dan Minyak goreng untuk keperluan industri.

Untuk minyak goreng bermerek kemasan konsumen, dijual di outlet-outlet ritel dalam kemasan hingga lima liter.

Lalu minyak goreng bermerek kemasan semi-konsumen dijual dalam kemasan 18 liter. Sedangkan minyak goreng untuk keperluan industri untuk memenuhi kebutuhan industri Indofood Group.

Bimoli memiliki beragam varian kemasan antara lain, jerigen 5 liter; botol 2 liter; botol 1 liter; botol 620 ml; botol 250 ml; Pouch 2 liter; pouch 1 liter; pouch 500 ml dan pouch 250 ml.

Untuk varian Bimoli Spesial terdapat kemasan jerigen 5 liter, botol 2 liter, botol1 liter, botol 620 ml, botol 250 ml, pouch 2 liter, dan pouch 1 liter.

 

Sumber : Tribun Manado

 

 

1 KOMENTAR

  1. Banyak penjual yang bingung beli bimoli dari distributor, mohon informasi distriburornya agar masyarakat konsumen atau penjual bisa terarah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.