Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Pada malam-malam Ramadhan, hampir di semua masjid terdengar lantunan ayat suci al-Qur’an melalui pengeras-pengeras suara. Kegiatan membaca al-Qur’an ini dikenal dengan Tadarus al-Qur’an. Kegiatan positif ini sudah membudaya di bulan Ramadhan. Namun, apakah sama pemaknaan dan pengamalan tadarus bagi setiap umat Islam khususnya di bumi Nusantara ini? Tidak seorang Arab-pun yang mengerti kalau ditanya tentang makna atau arti dari kata: “tadarrus”, kata yang benar adalah “tadarus” (baca: tadaarus). Ia berasal dari kata kerja “darasa-yudarisu” (baca: daarasa-yudaarisu), yang bermakna saling mempelajari atau saling membacakan (al-Qur’an). Yaitu adanya partisipasi aktif (membaca atau mempelajari) dari dua arah (dua orang atau lebih). Hal ini berdasarkan kisah Nabi Muhammad SAW yang senantiasa membaca al-Qur’an dengan bimbingan malaikat Jibril yang mendampinginya. Dalil penguat lainnya adalah hadits Nabi SAW “Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu masjid dari rumah-rumah Allah, kemudian mereka membaca al-Qur’an dan saling mempelajarinya diantara mereka melainkan diturunkan sakinah kepada mereka, rahmat meliputi mereka, para Malaikat rahmat mengelilingi mereka, dan Allah SWT menyebut-nyebut mereka di depan majelis Malaikat.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud). Dalam hadits tersebut Nabi Muhammad SAW bersabda dengan menggunakan kata “yatadarasuna” yang berarti saling mempelajari. Hal ini bermakna, bahwa Tadarus al-Qur’an (saling mempelajari al-Qur’an) tidak terbatas dalam bulan Ramadhan, akan tetapi juga berlaku disetiap bulan lainnya. Lantas mengapa semangat ini begitu besar hadir di bulan Ramadhan? Apakah sebab al-Qur’an diturunkan di bulan ini, ataukah memburu pahala yang berlipat disetiap kesempatan bulan mubarak ini. Wallahu a’lam. Dengan latar belakang kualitas bacaan yang berbeda, jama’ah tadarus terkadang melupakan satu hal yang urgen, yaitu Niat membaca dan mempelajari bacaan al-Qur’an yang benar.Sehingga, budaya tadarus cenderung bermakna khatam al-Qur’an (menamatkan bacaan al-Qur’an 30 Juz bersama). Artinya tidak memiliki kontribusi tambahan ilmubaca al-Qur’an yang benar. Padahal, jika dicermati lebih lanjut bahwa terdapat banyak hukum bacaan (tata cara bacaan) yang semestinya diterapkan sesuai tempat dan kebenaran bacaannya. Sebab, jika terdapat kesalahan dalam pelafalan/ membaca dapat berakibat fatal bagi keutuhan atau keharmonisan makna yang terkandung.
Kalau demikian, sejenak kita review kembali niat atau motivasi kita bertadarus.Jika Nabi Muhammad SAW sendiri membiasakan membaca al-Qur’an di bulan Ramadhan dengan bimbingan atau pendampingan dari Malaikat Jibril. Lantas, apa yang menyebabkan kita lebih mengejar target khatamal-Qur’an daripada kebenarancara membaca. Untuk itulah, perlunya pendampingan seorang Imam, Ustadz, atau ahli baca al-Qur’an (qurro) agar kesempurnaan dan kebenaran bacaan tidak diabaikan.
Marilah kita perhatikan bersama sebuah hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Dari Aisyah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Seorang yang ahli di dalam al-Qur’an akan berada dikalangan Malaikat-Malaikat pencatat yang mulia dan lurus, dan seseorang yang tidak lancar (tersendat-sendat)di dalam membaca al-Qur’an sedang ia bersusah payah mempelajarinya, akan mendapat ganjaran dua kali lipat.” (H.R. Bukhari, Nasai, Muslim, Abu Daud, Tarmidzi, dan Ibnu Majah).
Lantas, bagaimana dengan suasana hati kita saat ini? Bertambah “semangat”-kah, atau sebaliknya “biarlah apa adanya”. Apapun yang kita lakukan untuk ibadah, jelas bernilai pahala disisi Allah. Namun, tidakkah kita menginginkan derajat yang lebih baik lagi dari hari ini.
Astagfirullah li walakum.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Oleh: Ayah Bima Guru Agama di SMP Negeri 9 Kotamobagu