TOTABUANEWS.COM, Suku Mongondow, adalah salah satu suku yang terdapat di pulau Sulawesi Indonesia. Tepatnya berada di kabupaten Bolaang Mongondow. Populasi suku Mongondow pada sensus 1989 adalah sebesar 900.000 orang.
Di wilayah Mongondow, dahulu pernah berdiri sebuah Kerajaan Bolaang Mongdondow sekitar abad 14. dengan Mokodoludud sebagai Punu atau Raja, yang pertama. Kerajaan ini sempat bertahan selama 500 tahun, hingga akhirnya Kerajaan Bolaang Mongdondow bergabung dengan NKRI pada tahun 1958. Setelah bergabung maka wilayah Kerajaan Bolaang Mongdondow menjadi kabupaten Bolaang Mongondow.
Dari cerita asal-usul suku Mongondow, mereka meyakini bahwa suku Mongondow pada awalnya berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat. Mereka bermukim di di gunung Komasaan. Keturunan mereka berkembang dengan pesat, lalu para keturunannya menyebar ke timur di Tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan dan ke arah pedalaman ke tempat bernama Tudu in Passi, Tudu in Lolayan, Tudu in Sia’, Tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Diperkirakan peristiwa perpindahan ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Pada saat itu mereka bertahan hidup dengan berburu, mengolah sagu hutan, atau mencari umbi hutan, menangkap ikan. Mereka belum mengenal sistem pertanian dan bercocok tanam.
Suku Mongondow terdiri dari beberapa suku kecil (sub-suku), yaitu:
• Mongondow
• Bolaang Uki
• Kaidipang Besar
• Bintauna
Rumah tradisional suku Mongondow, berbentuk rumah panggung dengan sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Seiring masuknya budaya luar ke wilayah Mongondow, maka bentuk rumah tradisional suku Mongondow pun pelan-pelan berubah, bahkan kehidupan sosial budaya mulai berubah dengan adat-dan budaya mereka sejak masa lalu, banyak yang telah berubah. Namun beberapa budaya tradisional masih bisa dipertahankan. Saat ini rumah tradisional rumah suku Mongondow, diperkirakan sudah punah di wilayah Mongondow. Satu-satunya rumah tradisional rumah Mongondow terdapat di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Masyarakat suku Mongondow sangat terbuka terhadap siapapun, termasuk terhadap kehadiran orang lain di luar komunitas mereka. Mereka menyambut ramah siapapun yang berkunjung ke wilayah mereka.
Suku Mongondow berbicara dalam bahasa Mongondow, disamping itu mereka juga berbicara bahasa Melayu Manado dalam pergaulan sehari-hari. Masyarakat suku Mongondow mayoritas adalah pemeluk agama Islam, sebagian kecil memeluk agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik.
Awal abad ke-19, suku Mongondow mulai mengenal petanian. Mereka mulai mempraktekkan hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Hasil pertanian tersebut diletakkan di depan rumah dekat jalan raya dan diatur setumpuk-setumpuk dengan harga satu doit per-tumpuk. Pemilik tidak perlu menjaga bahan dagangannya. Sore hari, pemilik akan mengambil uang harga jualannya. Bila habis terjual, maka di tempat penjualan itu terletak uang seharga bahan yang dijual. Saat ini suku Mongondow telah tersebar ke berbagai wilayah di Sulawesi Utara, hingga ke wilayah lain di luar provinsi Sulawesi Utara.
Menarik…
Harap menyertakan sumber otentik dari informasi sejarah yang ditulis ini.
Terimakasih