TOTABUANEWS, BOLTIM – Maraknya perambahan hutan di wilayah Bolaang Mongondow Timur (Boltim), mengundang kecaman dari berbagai elemen masyarakat.
Salah satunya dari aktivis sekaligus pemerhati lingkungan, Hendra Damopolii. “Maraknya perambahan hutan di wilayah Boltim sudah sangat terstruktur, sistematis dan masif, kami selaku masyarakat Boltim, prihatin dengan kondisi ini,” ujar Hendra.
Pemerintah Daerah tidak boleh lengah melihat situasi ini dan harus segera mengambil sikap. Demikian juga dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Harus melakukan upaya dan tindakan konkrit guna solusi terhadap permasalahan ini. “Pemerintah Provinsi Sulut disinyalir melakukan pembiaran atas ulah para mafia tersebut. Untuk itu kami mendesak agar dilakukan peninjauan kembali atas pengalihan kebijakan lingkungan dan hutan ke Provinsi,” jelas Hendra.
Bupati Boltim Sehan Landjar SH juga mengecam aksi perambahan hutan Boltim oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. “Kami akan berupaya mendorong Pemerintah Provinsi dalam hal pengawasan hutan. Karena ini sudah menjadi kewenangan mereka (Pemprov) dan terkesan hanya dibiarkan,” kata Eyang sapaan akrab Bupati.
Salah satu contoh perambahan hutan lindung di wilayah Boltim oleh sekelompok masyarakat dari Minsel, sampai saat ini tidak ada upaya penghentian dan upaya hukum yg di lakukan Pemprov, kawasan Hutan Lindung yang di rambah luasnya sudah lebih dari 300 Hektar. “Saya khawatir dengan adanya pengalihan kewenangan tentang perlindungan dan pengelolaan hutan ke Pemprov, justru menimbulkan masalah baru dan akan merugikan Boltim, karena yang menerima dampak atas kerusakan hutan adalah masyarakat,” terang Bupati.
Bupati menambahkan, selama menjabat sebagai Bupati sejak periode pertama hingga saat ini, ia tidak pernah menerbitkan izin pengolahan hutan. “Untuk itu saya berharap kepada Pemprov agar berhati-hati dalam mengeluarkan izin pengolahan hutan, karena di Boltim tidak ada lagi hutan cadangan untuk pengolahan kayu, semua sudah menjadi Hutan Produksi Terbatas, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi,” pungkas Eyang.
Peliput: Dicky Mamonto