Bertahan, Minyak Kelapa Tradisional Kotamobagu Masih Primadona

0
138
Rifai Korompot membuat minyak kelapa tradisional

TOTABUANEWS, KOTAMOBAGU – Minyak kelapa tradisional rupanya masih menjadi idaman produk kotamobagu. Salah satu pembuat minyak tersebut adalah Rifai Korompot (30), Warga Kelurahan Mongkonai Kecamatan Kotamobagu barat ini mengaku sudah Dua tahun mengolah Minyak kelapa secara tradisional.

Meski usahanya itu masih terbilang kecil, namun produk tradisionalnya itu sudah mempu menembus pasaran Sulawesi Utara (Sulut).
“Biasanya dalam sehari itu bisa mengolah sebanyak 50 buah kelapa, kemudian diolah yang bisa menjadi 10 botol minyak kelapa tradisional. Pembelinyapun ada dari kotamobagu ada juga dari manado, itu bisa sampai dua atau tiga yergen yang dibeli,” ujar Ipai sapaan Akrabnya, Rabu (30/05/2018).
Mantan Vokalis  Band lokal Kotamobagu ini menceritakan proses pembuatan minyak tersebut, mulai dari pengupasan kelapa hingga pemarutan itu memerlukan waktu Empat jam hingga 12 jam sampai jadi minyak kelapa tradisional.
“Awalnya kelapa dikupas, kemudian diparut, diperas, selanjutnya didiamkan selama kurang lebih 12 Jam. Sehingga santan kelapa yang sudah menjadi ampas, itu yang diambil kemudia dimasak menjadi minyak kelapa tradisional,” ceritanya.
Namun, Ia mengeluhkan soal tempat dan alat yang menurutnya masih kurang baik untuk pengembangan usahanya tersebut.
“Yang masih menjadi kendala adalah mesin prass, sehingga sangat sulit untuk pengembangan minyak ini,” keluhnya.
Dirinya juga mengaku pernah memasukan proposal atas permintaan Dinas Teknis dalam hal ini Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Kotamobagu dalam rangkan pemberian bantuan untuk mengembangkan usahanya.
“Sekitar Dua Tahun lalu itu ada dari Dinas Perdagangan dan Dinas Kesehatan datang ke tampat usaha saya. Melihat langsung proses pembuatan minyak ini. Namun, ketika ditanya soal proposal yang sudah dimasukan, alasannya tidak jelas,” ujar Ipai.
Selain itu, Dia juga pernah mengikuti pelatihan menyangkut pengemasan produksi minyak.  Namun demikian. karena keterbatasan peralatan, pengemasan masih lebih banyak dilakukan secara manual.
“Pernah ikut pelatihan, soal pengemasan saja. karena tidak punya alatnya, ya kemasan seperti yang dulu, manual. Terutama untuk kemasan galendo, agar lebih menarik dan tahan lama,” tambah Ipai.
Dirinya berharap pemerintah dapat memperhatikan bantuan berupa alat-alat untuk pengembangan usaha minyak tradisionalnya.
“Tentu bantuan dari pemerintah sangat kami harapkan untuk mengembangkan usaha-usaha kecil kami. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para lelaku UKM,” tutup Bapak Satu Anak ini.
Neno Karlina

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.