TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Meski sejak beberapa bulan belakangan, harga kopra mulai turun dari belasan ribu, sampai kini hanya berkisar Rp. 6.000,00 tapi para petani kelapa di Kotamobagu tetap bertahan.
Saifudin Potabuga (47) misalnya, warga Desa Bungko, Kecamatan Kotamobagu Selatan, sejak 3 tahun terakhir, memilih untuk mengurus kelapa di kebun, dan juga, menjadi pembeli kelapa milik warga.
“Kopra ini bukan hanya dari hasil kebun kelapa saya, melainkan juga dari kebun petani di sini, yang menjualkannya kepada saya,” katanya, Selasa (16/10/2018).
Menurutnya, harga jual yang buruk membuatnya harus membawa kopra ini, dijual di Bitung.
“Kemarin harganya masih belasan ribu perkilogramnya, kini hanya enam ribu. Jadi rugi juga. Sehingga kami membawanya dan menjual di Bitung, di sana harganya masih lebih baik daripada di sini,” jelasnya.
Dijelaskannya, dalam sekali menjual, dirinya bisa membawa 2 ton kopra.
“Biar tidak rugi, karna ada biaya transportasi juga, dan operasional lainnya, jadi saya membeli kopra agak lebih murah, dengan perhitungan ongkos lainnya, untuk dibawa dan penjualan di Bitung, hanya dengan begitulah kami bertahan. Lagipula petani kelapa lainnya, memilih menjual kepada saya, karena kalau pergi jual langsung ke Bitung, mereka juga rugi,” ungkapnya.
Sementara itu, Umarudin Popitod (41), petani kelapa yang sedang menjual kopra kepada Saifudin mengatakan, harga kopra saat ini cukup membuat mereka kesulitan.
“Ya mau bagaimana lagi mbak, kopra seakan kehilangan harga. Kami memilih menjual enceran bagini. Karna ongkos kelolah dan harga tidak sepadan. Bahkan ada yang sengaja menjual perbiji, tidak mau menjual kopra,” keluhnya.
Dirinya berharap, pemerintah bisa segera mengatasi hal ini, demi kesejahteraan para petani kelapa.
“Semoga harga bisa kembali normal, dan pemerintah bisa membantu, agar kami bisa meningkatkan taraf hidup lebih baik lagi,” pungkasnya.
Peliput: Neno Karlina