Oleh : M Hendra Pemerhati Sosial dan Politik
TNews, OPINI – PILKADA SERENTAK Tahun 2020 sudah memasuki tahapan kampanye para Calon Gubernur/Wakil Gubernur, Calon Bupati/Wakil Bupati dan Calon Walikota/ Wakil Walikota di seantero negeri dengan jumlah daerah sbb:
270 daerah dengan rincian 9 Provinsi, 224 Kabupaten, dan 37 Kota.
Masing-masing Calon bersama Tim Suksesnya telah menyusun Visi Misi yang akan ditawarkan kepada rakyat disertai dengan taktik maupun strategi guna memenangkan kontestasi pada Pilkada serentak khusus Sulawesi Utara tahun 2020 ini.
Gesekan antara Timses, Tim sorak, dan berbagai jenis tim, menjadikan ‘tensi politik’ di daerah Nyiur Melambay (sebutan khusus Provinsi Sulawesi Utara) sudah mulai terasa meninggi bagai gunung api sudah mulai mengeluarkan asap
Dimulainya kampanye, dimana para elit politik harus kerja ekstra untuk mempersiapkan diri, bertarung di pilkada tentunya gesekan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Kita semua berharap kiranya persaingan antar Calon tidaklah menimbulkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (KamTibMas) terganggu.
Mari kita belajar berpolitik dan berdemokrasi sebagaimana yang mantan Presiden ke-6 RI Bapak Soesilo Bambang Yudoyono (SBY) ajarkan yakni berpolitik yang santun, cerdas dan elegan.
SBY juga mengatakan “Pedoman tentang nilai-nilai kebajikan moral dan etika yang diajarkan agama dapat diaplikasikan dalam dunia sosial politik. Bahwa semua pemimpin politik, pemimpin agama dan tokoh masyarakat memiliki tanggung jawab moral untuk bersama-sama mendewasakan kehidupan politik dan demokrasi”
SBY meyakini dan percaya etika politik dan ajaran tentang kebaikan dan moral akan membantu kita menemukan jalan untuk mengatasi masalah dan tantangan yang kita hadapi.” selama proses Pilkada berlangsung.
Ukuran berpolitik dan etika akan terlihat jelas pada masa kampanye yang tinggal kurang lebih menuju 50 hari kedepan. Bagaimana menjaga ucapan, tindakan dari masing-masing Tim Sukses, Tim sorak dan simpatisan tentunya diharapkan saling menjaga, saling menghormati dan saling menghargai karena *Torang samua basudara dan Torang samua ciptaan Tuhan*
Saya teringat pada apa yang dikatakan oleh Franklin Delano Roosevelt Presiden Amerika Serikat ke-32 tentang seorang penguasa, “He may be a son of a bitch. But he is our son of a bitch”.
Politisi yang senang berbohong asal tidak tertangkap basah, para negarawan yang tidak berhati dermawan, dan para birokrat yang senang ber-KKN, kiranya sadar bahwa sudah waktunya ada moral dan fatsoen (sopan santun) dalam berpolitik.
Kita semua berharap semoga para politisi maupun Timses para Calon bermoral dan santun meskipun dalam jumlah kecil dewasa ini, tetap terpanggil akan gejolak hati nuraninya.
Mahatma Gandhi, mengatakan tentang nilai kesadaran “The things that will destroy us are: politics without principle, pleasure without conscience, wealth without work, knowledge without character, business without morality, science without humanity, and worship without sacrifice”. Tidaklah berkelebihan kalau dikatakan lagi bahwa politik tanpa moral dan fatsoen atau etika akan menjerumuskan bangsa ini, tak terkecuali daerah yang sama kita cintai ini.
Pesan Tokoh besar Rosevelt dan Gandhi ini semoga dapat menginspirasi para Calon dan yang utama para *Tim Sukses* dapat menakar sejauh mana kesantunan politik mereka bisa menjaganya dan konsisten sampai tanggal 9 Desember 2020. Sekelumit semua untuk semua tidak dibangun d3ngan narasi untuk mengangkat apalagi memojokkan mereka yang ikut dalam pertarungan ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara, tujuannya untuk menyampaikan pesan bahwa menjaga persaudaraan, memelihara silaturahmi, dan persatuan diantara kita adalah harga hidup yang harus dipelihara sepanjang masa.
*Motobatu’ Molintak Kon Totabuan*
SINTAK IN AKUOY BA BIBITONKU IKOW
Pesan Leluhur diatas hanya bisa ditunai laksanakan oleh mereka yang tidak malu mengaku orang Mongondow, dan tidak bikin malu Mongondow (pesan Guru ideologis Benny Rhamdani)
*Tabek takin salamat*