Pengusaha Teknologi asal Amerika Serikat, Elon Musk, tidak diragukan lagi akan mendatangkan banyak kekuatan finansial jika ia mengambil alih Liverpool, tetapi The Reds meragukan hal itu dan menurut mereka tidak menyelesaikan masalah terbesar mereka.
Secara realistis, hal itu tidak akan terjadi, meskipun ayah miliarder itu mengisyaratkan bahwa putranya tertarik. Liverpool tidak akan mengontak Elon Musk dan FSG telah memutuskan untuk menjualnya, setelah baru mendapatkan investor minoritas baru di klub tersebut pada tahun 2023.
Ada begitu banyak alasan mengapa Musk akan menjadi pemilik yang buruk bagi The Reds. Bahkan sebelum Anda mulai membahas fakta bahwa ia sebelumnya mengaku sebagai penggemar Manchester United, hampir semua hal tentang pemilik Tesla dan X tersebut bertentangan dengan apa arti Liverpool sebagai sebuah klub.
Meski Liverpool sedang menghadapi masalah, bukan berarti mereka berhenti bertanding. Akan dijadwalkan pertandingan The Reds pada tanggal 9 Januari untuk Carabao Cup dan FA Cup pekan depan. Anda bisa mengakses Seru88 alternatif untuk mendapatkan keuntungan dan adu analisa pemain.
Kekayaan Bukan Segalanya di Dunia Sepak Bola
Tentu saja, akan ada orang-orang yang akan melihat keuangan yang sulit dan dingin yang akan menjadikan Liverpool klub terkaya kedua di dunia jika ia berhasil mengambil alih. Uang berbicara dalam sepak bola, dan ada banyak orang yang berpikir bahwa uang lebih penting daripada keberatan moral apa pun yang dimiliki orang-orang terhadap beberapa pemilik yang lebih dipertanyakan yang saat ini terlibat dalam olahraga tersebut.
Ya, Musk akan membawa banyak kekuatan finansial, dan akan ada penggemar yang tertarik dengan prospek itu. Misalnya, dengan Virgil van Dijk, Trent Alexander-Arnold, dan Mohamed Salah yang semuanya akan segera berakhir kontraknya, akan ada orang-orang yang berpikir Musk dapat menggunakan uang untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, pandangan yang terlalu sederhana untuk menyarankan bahwa Liverpool dapat mulai menghabiskan uang jika ia mendirikan klub di Anfield. Kita telah melihat konsekuensi dari pengeluaran yang sembrono dengan klub-klub seperti Everton dan Nottingham Forest selama sekitar satu tahun terakhir, dan bahkan klub terkaya di dunia pun tidak dapat lolos begitu saja.
Liverpool mendapatkan pandangan langsung tentang mengapa perlu ada pengendalian dalam hal-hal seperti itu setelah Newcastle United menghabiskan sebagian besar musim panas dengan putus asa mencoba melepas beberapa pemainnya untuk mengalahkan tenggat waktu Aturan Keuntungan dan Keberlanjutan (PSR), yang hampir mengakibatkan Anthony Gordon pindah ke Anfield.
Bahkan dengan sumber daya yang hampir tak terbatas untuk diminta dari pemilik mereka yang berasal dari Arab Saudi, pemborosan Newcastle setelah pengambilalihan itu hampir membuat mereka dalam masalah besar, dengan mantan pemilik bersama Amanda Staveley merinci seberapa dekat mereka dengan kehilangan salah satu bintang mereka.
“Jika saya pergi sebelum (tenggat waktu PSR) dan kami telah melanggarnya, maka itu akan menjadi buruk. Itu sangat, sangat sulit, tetapi saya bertekad untuk memastikan Darren [Eales] memiliki landasan yang jelas,” kata Staveley kepada The Athletic musim panas lalu.
“Kekhawatiran terbesar saya adalah kami akan kehilangan Alex (Isak) atau Anthony (Gordon) karena Liverpool mengejarnya dan keduanya adalah pemain yang luar biasa.
“Bernegosiasi itu sulit karena Anda harus berpura-pura itu tidak berarti apa-apa bagi Anda padahal itu berarti segalanya.”
Tentu saja, Liverpool tidak pernah dalam bahaya melanggar pedoman PSR di bawah FSG, tetapi itu tidak berarti pemilik baru – terutama yang tidak menentu seperti Musk – tidak dapat dengan cepat mengubah posisi aman klub. Bayangkan kehebohan yang akan terjadi jika Salah dan kawan-kawan diberi kontrak baru dengan uang besar, dan kemudian setahun kemudian The Reds menawarkan beberapa bintang mereka yang lain dalam upaya untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Musk dan uangnya bukanlah jawaban bagi Liverpool, karena banyak alasan. (*)
