TOTABUAN.NEWS, OPINI – Era milenial kini, tidak sedikit masyarakat mengaanggap bahwa sastra hanyalah sebagai coretan tangan semata. Namun jika ditelusuri lebih mendalam, karya sastra memiliki tendensi nilai value dapat dipetik dalam menjalani kehidupan. Hal ini mempertegas jika sastra lahir bukan melalui khayalan semata, namun menjelma realitas yang mengkristal dalam diri penciptanya. Selain sebagai seni yang kental akan estetika yang memanjakan pembaca. Sastra juga hadir dengan cara yang unik guna memberikan kepuasan yang menyenangkan bagi pembaca.
Keunikan sastra dalam memberikan kepuasan bagi pembaca salah satunya dengan penuangan realitas melalui humor yang menggelitik. Realitas melalui humor dapat ditemukan dari berbagai bentuk karya sastra seperti puisi, cerpen, maupun novel. Salah satu humor yang hadir dalam karya sastra dapat ditemukan dalam kumpulan cerpen“Lelucon Para Koruptor” karya Agus Noor. Kumpulan cerpen ini mampu memotret realitas korupsi yang begitu memprihatinkan. Para tokoh pejabat yang seyogyanya menjadi pelayan publik, malah menjadi perampok ulung yang bersembunyi dari topeng-topeng kemunafikan. Tokoh–tokoh dikemas oleh pengarang dengan penggambaran tokoh yang lucu, tidak masuk akal, dan memutar akal sehat.
Meskipun humor terkadang menyakiti segelintir orang, namun humor bagi kebanyakan orang sebagai suatu keberkahan dalam menyampaikan kritik sosial. Sindiran-sindiran humor dengan gaya bertutur yang renyah mampu membuka mata pembaca terbelalak melihat bobroknya moral di Indonesia. Meskipun humor sastra tidak mengandung pesan secara keras menolak fenomena negatif secara terbuka. Namun efektif menyajikan informasi yang berupa sindiran, persuasi, hingga wawasan yang arif kepada pembaca. Semakin jengkel pembaca melihat realitas yang dihadirkan, maka berhasil pula humor menyampaikan pesan yang disampaikannya.
Kebutuhan pembaca memang tidak melulu persoalan yang serius dan berat karena pembaca butuh sebuah implikasi terhadap ketenangan yang menyegarkan jiwa. Oleh karenanya humor sastra bukanlah sesuatu hal asing karena memiliki daya pemikat yang memanjakan pembaca. Representasi kebodohan, kecerdikan, kemalangan hingga keberuntungan karakter tokoh yang jenaka akan menghipnotis pembaca dalam memahami realitas dengan cara yang menyenangkan.
Humor sastra memang tidak dapat berdiri sendiri secara netral karena menolak prinsip jika karya seni hanya untuk kesenangan semata. Akan tetapi humor sastra telah menjelma sebagai kekuatan yang mampu membongkar kebekuan alam pikiran manusia untuk menjadi manusia yang bermartabat dan berwawasan global. Hal tersebut akan melatih pembaca dalam memandang sisi positif dari kehidupan melalui kejenakaan humor yang dihadirkan.
Humor sastra telah menasbihkan dirinya sebagai ruang yang mampu menstimulasi keceriaan dalam menunjang optimasi kecerdasan pembaca. Konstruksi humor menjelma sebagai gagasan yang penuh substansi nilai dalam meningkatkan berfikir kritis pembaca. Dengan demikian, perjuangan panjang manusia dalam memaknai kehidupan akan selalu melekat dalam humor sastra. Hal ini karena disadari atau tidak, humor sastra telah menjelma sebagai media yang mencerdaskan pembaca dalam menghadapi segala persoalan kehidupan.
Humor sastra dengan kualitas tinggi adalah humor yang mampu menertawakan kecacatan yang selama ini tersembunyikan dalam penampilannya yang palsu. Pembaca harus mensyukuri kehadiran humor yang mampu memacu kualitas berfikir guna meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan. Kehadiran humor telah mengajarkan keberanian dalam menyatakan kebenaran yang harus dinyatakan meskipun memberikan rasa pahit bagi pelakunya.
Hal ini mempertegas jika humor sastra telah berhasil merekontruksi fenomena negatif sebagai wadah mencerdaskan pembaca dalam berlogika. Humor sastra dihadirkan oleh pengarang dengan berbagai tipe mulai dari humor seksual, pendidikan, keluarga, rumah tangga, politik, hingga etnis. Kesemua humor tersebut secara tidak langsung berperan mencerdaskan pembaca untuk berfikir kritis, karena menggambarkan nilai-nilai didaktis dengan kreasi estetis yang menghibur.
Kondisi ini tampaknya sejalan dengan fungsi sastra itu sendiri, yaitu dulce et utile yang memiliki keindahan dan kegunaan. Selain memberikan hiburan kepada penikmatnya, humor sastra mampu berfungsi mengarahkan pembacanya pada nilai-nilai yang dikandungnya. Humor pada karya sastra telah mendambakan sebuah kehidupan yang penuh keadilan dan kejujuran dalam mengungkap persoalan negatif secara komperhensif.
Ketika bangsa ini dilanda oleh kepalsuan-kepalsuan semu, maka melalui sastralah mampu mendeskripsikan masalah yang dipalsukan di negeri ini. Humor sastra membawa imajinasi pembaca untuk hadir langsung dalam realita dengan cara yang unik dan berbeda. Saat kerusakan moral semakin parah terjadi, maka humor sastra sebagai gerakan pembangunan mental yang unik, kritis dan mencerdaskan adalah sebuah harga mati untuk dilaksanakan.
Identitas Penulis
Nama : Mochamad Amsori
Nim : 201810550211005
Jurusan : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Semester/Kelas : I/A
Alamat Rumah : Dusun Krajan Plaosan Rt. 5 Rw. 1 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang
Email : mochammadamsori@gmail.com
No. Hp : 085 608795326
Sangat membantu sekali dan dapat dijadikan rujukan.
Tulisannya suka banget dan berkualitas