Ini Risiko Kerusakan Usus Saat Main Ponsel Sambil BAB

0
165

TNews, SEHAT – Sebuah survei menunjukkan 96 persen Gen Z dan 90 persen millenial tidak bisa buang air besar (BAB) tanpa membawa serta ponsel mereka. Hati-hati lho, kebiasaan buruk ini bisa berdampak pada usus.

Tanpa disadari, keasyikan main ponsel di toilet membuat seseorang butuh waktu lebih lama dari yang seharusnya. Setidaknya, jadi tidak cepat bosan sehingga tidak segera menyudahi hajatnya.

Memang sih, tidak ada patokan berapa lama maksimal seseorang boleh duduk di toilet saat BAB. Selama tidak ada yang mengantre, tidak ada larangan untuk berlama-lama.

Tapi ada baiknya membatasi diri karena bagaimanapun terlalu banyak duduk tidak baik untuk kesehatan. Terlebih, duduk di toilet tanpa ada penyangga di bagian tertentu.

Beberapa risiko yang bisa muncul adalah sebagai berikut, dikutip dari Livestrong:

  1. Wasir

Pada dasarnya semua orang punya risiko wasir atau ambeien, yang terjadi akibat pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur. Risikonya meningkat ketika seseorang terlalu banyak duduk, apalagi duduk di toilet.

“Saat Anda duduk di toilet, Anda memberikan tekanan langsung dan terfokus pada area dubur, terlebih saat Anda mengejan,” kata Ugo Iroku, seorang ahli pencernaan di New York.

  1. Sembelit

Tanpa disadari, berlama-lama duduk di toilet akan memberi pesan pada tubuh untuk tidak buru-buru. Pesan ini diterima juga oleh sistem pencernaan yang membuat pergerakan usus akhirnya melambat. Dampaknya adalah konstipasi atau sembelit.

“Mirip seperti kebiasaan nonton TV di tempat tidur yang bikin lebih susah tidur,” kata Iroku.

  1. Perdarahan

Terkait risiko wasir, terlalu lama duduk di toilet bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Jika tiba-tiba mendapati BAB disertai darah, itu artinya terjadi kerusakan di dinding anus yang melukai pembuluh darah. Kondisi ini disebut fissure.

“Fissure akan menyebabkan sphincter (otot di dubur) menutup. Ini bisa memicu kesulitan untuk BAB karena Anda akan berusaha melawan pintu yang tertutup,” jelas Kyle Staller, seorang ahli gastroneurologi.

 

Sumber: detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.