Bertahan di Tengah Pandemi, Lona Pilih Jual Nasi Kuning Secara Nomaden

0
475
Lona Kadir sedang melayani pembeli nasi kuning, di depan samping kanan Gedung Bobakidan, Kelurahan Kotobangun, Kamis, (06/08/2020), (Foto:TNews/Neno Karlina).

TNews, KOTAMOBAGU – Beberapa kendaraan terparkir di depan samping kanan tepian jalan Gedung Bobakidan, tidak jauh dari simpang empat, kelurahan Kotobangun, Kecamatan Kotamobagu Timur. Sebuah Payung dari kejahuan nampak mekar, ditemani meja dengan berbagai makanan pelengkap tertata rapi.

Dengan cekatan, Lona Kadir, (43), melayani pembeli yang sejak pukul 06.00 Wita sudah mengantri.

Ya, sudah sekitar 8 tahun, perempuan asal Gorontalo ini, berjualan nasi kuning. Meski sebenarnya tinggal tidak jauh dari pasar Serasi, Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu Barat, ibu empat anak ini lebih suka berjualan secara nomaden di sekitar jalanan Kotamobagu.

“Sebelumnya saya jualan di jalan dekat eks kantor KPU, pernah juga julanan di Mogolaing, dan sudah hampir setahun ini di sini. Alasannya, ya karena di pasar banyak yang jualan, peluangnya kecil,” ujarnya, Kamis, (06/08/2020).

Menurutnya, trik julanan nomaden sangat efektif untuk menjaring pembeli. Tak tanggung-tanggung, pembelinya berdatangan dari berbagai kalangan. Ada yang memilih langsung makan di tempat, ada juga yang membawa pulang sebagai bekal ke kantor.

“Kalau makan di tempat, biasanya julana hingga pukul 12.00 wita, tapi kalau ada yang pesan untuk bawa pulang, biasanya pukul 10.00 wita juga sudah habis. Kalau begitu ya, saya juga sudah bisa pulang,” katanya.

Meski jualan di tepi jalan, soal kebersiahan tak perlu ditanya. Lona selalu menggunakan perlengkapan yang bersih, dan memilih nasi kuningnya dibungkus dengan daun pisang.
“Selain untuk cita rasa, dengan begitu tidak perlu menggunakan piring lagi, apalagi ini musim korona. Dengan membungkus terlebih dahulu, akan lebih mudah juga untuk menghitung penghasilan,” jelasnya.

Dalam sehari, omset yang didapat Lona dari berjualan nasi kuning, bisa mencapai ratusan rupiah. Dari hasil ini pula, Lona menyekolahkan anak-anaknya.

“Biasanya per hari itu, Rp750 ribu, minimal Rp500 ribu. Kan, perbungkusnya saya hanya menjualnya dengan harga Rp5000 ribu saja.

Itu belum sekalian dengan harga nasi putih, soalnya ada pelanggan yang kerja kantoran, lebih suka makan nasi putih,” ujarnya.

Dirinya berharap, usahanya bisa terus bertahan di tengah covid-19, sehingga dia bisa meringankan beban ekonomi keluarga.

“Ya, semoga lancar-lancar saja. Saya memang ingin ini berkembang, tapi yang terpenting adalah bisa bertahan saja dulu. Sehingga, ekonomi keluarga saya juga bisa tetap stabil,” pungkasnya.

Neno Karlina

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.