TNews, SULUT – Gairah ekspor ikan Sulawesi Utara (Sulut) ke Jepang lewat penerbangan langsung Manado-Narita di Bandara Sam Ratulangi Manado, mengalami penurunan. Permintaan ekspor ikan yang biasanya sebanyak 2 ton, kini tinggal 200 Kilogram (Km). Hal ini terungkap dalam Rapat Evaluasi dalam rangka Peningkatan Volume Ekspor Sulut melalui Penerbangan Manado-Narita, Jepang, Selasa (29/6/2021) di Hotel Luwansa Manado. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Tienneke Adam mengatakan, permintaan pembelian ikan ke Indonesia berkurang.
“Buyer berkurang. Biasanya (volume) 2 ton kini kurang 200 Kg. Bahkan beberapa hari lalu, tidak ada ekspor ikan tuna ke Jepang. Tapi kami tetap jalin hubungan, tetap jalan,” ungkapnya. Pernyataan Tienneke Adam dipertegas Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw. Menurutnya, kualitas ikan ekspor ke Jepang ternyata belum memenuhi standar. “Eksport tuna kita ke Jepang dari kaca mata semua belum optimal, mestinya jauh dari kapasitas yang sekarang. Dari satu sisi kita bersyukur karena secara de facto kita sudah jadi hub, karena tuna dari Bali, Maluku, Gorontalo bahkan dari Jakarta sudah lewat sini. Lebih baik lagi kita jadi pemain utamanya.
Kita juga dapat kendala di quality control, sehingga tuna kita tidak memenuhi syarat untuk dibawa ke Jepang karena masalah tadi, quality control, cool boxnya, menjaga kesegarannya masih salah,” jelas Wagub Steven. Dijelaskan Wagub, masalah ini secara perlahan sedang diatasi pemerintahan Olly Dondokambey dan Steven Kandouw (ODSK). “Jadi bukan tangkapannya sedikit tapi teknologi kita, nelayan lokal kita belum 100 persen memenuhi syarat dikirim ke Jepang. Tapi itu pelan-pelan kita benahi,” ujar Wagub Steven. Diketahui, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Sulut, pemerintah provinsi telah membuka akses penerbangan langsung ekspor ikan tuna dari Manado ke Narita Jepang melalui pesawat cargo Garuda Airlines.
Sumber : beritamanado.com
