Mati Suri, Gili Meno Sepi dan Sunyi

0
105
(foto google)

TNews, WISATA – Sunyi senyap, begitulah keadaan dari Gili Meno. Kawasan pulau mungil di Nusa Tenggara Barat (NTB) itu sangat hening tanpa kehadiran turis.

Gili di NTB memang menjadi destinasi favorit turis. Bisa dibilang Gili Trawangan, Meno dan Air sudah lebih dulu nge-hits sebagai tempat liburan turis sebelum pulau besar Lombok.

Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika melakukan perjalanan ke Gili Meno. Keindahan pantainya sudah terlihat sejak di dermaga.

Laut hijau toska, sebening kaca mengelilingi Gili Meno. Angin sepoi-sepoi dengan cuaca yang cukup sendu memandu saya untuk menapaki pulau eksotis ini. Maklum, musim hujan membuat cuaca kurang bersahabat.

Berkeliling selama 20 menit membuat saya sadar bahwa pulau ini begitu senyap tanpa turis. Hanya ada beberapa wisatawan yang tak lebih dari 5 orang terlihat bersantai di pantai.

Homestay yang biasanya ramai, bahkan tak terlihat bentuknya. Bangunan-bangunan homestay malah terlihat rusak dan tidak terawat. Gempa di bulan Agustus lalu masih menyisakan luka di sana.

Sesekali warga lewat dengan menggunakan sepeda. Mereka tersenyum ramah.

Beberapa kali saya juga melewati dive center. Sama, semuanya sepi tak berpenghuni. Begitu pula penyewaan sepeda dan beach club

Pemandangan ini begitu memilukan. Tak ada yang bisa disalahkan. Gempa dan pandemi datang beriringan, memukul tanpa bisa dilawan.

Lalu lintas kapal terlihat lewat di depan pantai Meno. Mereka hanya berhenti di Meno Statue, hanya untuk snorkeling. Sementara para pemilik usaha memandangi mereka dari bibir pantai, berharap mereka datang.

Yang membuat sedikit gema di sana adalah pembangunan sebuah hotel. Hotel tersebut bernama Bask. Sedikit banyak, pembangunan ini membantu perekonomian warga di sana.

“Untungnya ada pembangunan ini. Bisalah dapat Rp 100 ribu sehari untuk dibawa pulang,” kata Isnaeni, seorang pemandu dari Lombok Damai Tour and Travel.

Dia menyebutkan bahwa Gili Meno memang lebih banyak didatangi oleh turis internasional. Mereka kebanyakan berasal dari Prancis, Italia, Jerman, Yunani dan Inggris.

“Karena rata-rata owner usaha di sini Inggris dan Italia,” kata dia.

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.